Penurunan angka kematian bayi menjadi salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) Indonesia yang belum tercapai. Beberapa kalangan berpendapat hal tersebut dikarenakan kurangnya penanganan pada masalah kesehatan bayi baru lahir, termasuk bayi lahir prematur.
dr Wahdini Hakim, MWH, Senior Program Manager dari Save the Children mengatakan bahwa salah satu penyebab kematian bayi adalah berat badan lahir rendah (BBLR). Kondisi ini sangat rentan dialami oleh bayi yang lahir prematur, sehingga banyak bayi yang meninggal tak sampai satu bulan setelah dilahirkan.
Baca juga: Tubuh Punya Zat Alami untuk Bantu Cegah Kelahiran Prematur Akibat Infeksi
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakan dr Dini bahwa Survei Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kematian neonatal (28 hari setelah bayi dilahirkan) sebagai penyumbang terbesar angka kematian bayi di Indonesia. 60 Persen bayi meninggal dalam fase neonatal karena berbagai sebab mulai dari infeksi, asfiksia (sulit bernapas) hingga berat badan sangat rendah.
Baca juga: Studi: Kelahiran Prematur, 'Pembunuh' Anak-anak Terbesar Dewasa Ini
Kondisi ini berbanding terbalik dengan penanganan masalah kesehatan pada balita. Dikatakan dr Dini bahwa dalam 10 tahun terakhir, intervensi program penanganan kematian balita mendapatkan perhatian yang sangat besar.
"Dalam 10 tahun terakhir memang bagus. Penanganan atau intervensi pada balita mendapat perhatian besar. Padahal seharusnya intervensi juga dilakukan pada bayi baru lahir terutama bayi prematur, karena disitulah letak permasalahan angka kematian ibu dan bayi kita yang sebenarnya," ungkapnya lagi.
Untuk itu, dr Dini mengatakan perlu ada komitmen yang lebih kuat dari pihak-pihak terkait untuk penanganan bayi baru lahir termasuk bayi prematur. Komitmen diperlukan agar para pihak terkait termasuk Kementerian Kesehatan, rumah sakit, hingga pemerintah daerah mau memberikan perhatian lebih.
(mrs/vit)











































