Padahal, bisa saja tulang yang sering patah diakibatkan karena kondisi tulang yang rapuh akibat kelainan pada kolagen, bahan pembentuk tulang. Kondisi seperti ini disebut Osteogenesis Imperfecta (OI).
"Pada penderita OI, kakinya akan bengkok dan tulangnya pun tipis serta mudah menekan. Sehingga, walaupun tidak ada patah tulang, tapi tulang sangat mudah membengkak karena kurangnya kolagen," jelas Dr Margaret Zacharin dari Royal Children Hospital, Melbourne, Australia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelainan tulang pun terjadi pada rahang sehingga penderita OI akan kesulitan mengunyah, mengalami gangguan pernapasan saat tidur. Pemaparan tersebut diberikan Dr Margaret dalam Temu Media 'Osteogensis Imperfecta' di kantor Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Jl.Dempo, Matraman, Jakarta Pusat, Senin (18/11/2013).
"Sendi yang sangat lentur pun mengakibatkan mereka sulit berjalan, merasa nyeri di kaki, sulit menulis, mudah jatuh, dan mengalami patah tulang lebih banyak. Hal ini disebabkan karena tingkat kelenturan sendinya sangat tinggi," imbuh Margaret.
Begitu pula kelainan pada tulang telinga mengakibatkan gangguan pendengaran seiring bertambahnya usia. "Pasien akan mengalami penurunan fungsi pendengaran sampai 50 persen setelah berumur 50 tahun," ujarnya.
Nah, Margaret menyebutkan kelainan genetik yang menyebabkan tulang rapuh tersebut bisa diatasi dengan memberi obat bisphosphonate untuk mengurangi nyeri, memperkuat otot, dan membuat tulang lebih mudah meregenerasi tulang yang patah, terutama pada anak-anak.
Pada pasien OI, patah tulang tidak 'dikembalikan' ke posisi awal dengan memakai gips, melainkan perban. Sebab, gips bisa memicu lebih banyak patah di tulang.
"Tata laksana pasien OI harus melibatkan berbagai pihak. Dengan penanganan sedini mungkin, para pasien OI bisa memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan dia bisa beraktivitas dengan normal," tutur Margaret.
(vit/vit)











































