OW mengalami masalah dengan upaya mendapat keturunan. Ia pernah mencari second opinion tentang program bayi tabung di RS Gleneagles Singapore pada tahun 1990-an, meskipun pada akhirnya sukses memperoleh anak setelah berkonsultasi dengan dokter Indonesia.
Menurut OW, banyak dokter di Singapura yang terpercaya dan profesional. Sebab tenaga medis di Negeri Singa itu mampu menerjemahkan bahasa kedokteran yang rumit sehingga lebih dipahami orang awam.
"Kondisi pasien dijelaskan dan diberi beberapa alternatif treatment. Komunikasinya lebih terbuka. Mereka juga tidak mengejar jumlah pasien, sehingga pasien merasa nyaman bisa berkonsultasi lama-lama," jelas OW dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa(20/5/2014).
OW berpendapat, dokter di Singapura memandang secara makro, di mana penyakit bukan hanya soal fisik, tapi juga psikis. "Mereka memberikan human touch pada pasien. Servisnya bagus," kata OW.
Padahal, menurut OW, dokter-dokter Indonesia tak kalah dari segi kualitas. Sayang, profesionalisme di kalangan dokter Indonesia dirasa olehnya masih kurang merata. Selain itu dia mendapati beberapa dokter di Indonesia kerap kali cenderung menakut-nakuti pasien.
"Dokter Indonesia juga cenderung menakuti pasien. Sedikit-sedikit, solusinya operasi. Alternatifnya diambil yang mudah saja. Pasien jadi seperti objek, bukan manusia," OW berpendapat.
Ia juga pernah punya pengalaman dengan dokter di Indonesia yang kurang terbuka dan kurang pandai berkomunikasi. Alhasil pasien harus lebih cerewet menanyakan tentang kondisi sebenarnya dan alternatif pengobatannya.
Menurut OW, kalau semua dokter Indonesia bisa lebih profesional dan terbuka, maka mereka tak akan kalah dengan dokter di Singapura. "Soal biaya, RS swasta di Indonesia dan Singapura kurang lebih sama," ujarnya.
RS Singapura Dikenal Jago Servis dan Promosi
Sementara itu pekerja medis di Indonesia mengakui pelayanan medis di Singapura lebih baik dalam pelayanannya. "Pasien bisa dijemput sampai ke pintu kamarnya," kata Ronny Kurniawan, Manajer IGD dan Perawatan Intensif RS PHC Surabaya.
dr Setiyo Budi Riyanto, SpM dari Jakarta Eye Center (JEC) pun berpendapat senada. "Singapura memang jago di servis dan promosi. Lagipula, pasien di Singapura lebih sedikit, jadi lebih teratur. Beda dengan di Indonesia, pasiennya banyak, jadi pelayanan terasa lamban," ujarnya.
Soal teknologi dan keahlian dokter di bidang mata, menurut dr Budi, sama saja. Sebab JEC tergabung dalam ASEAN Association of Eye Hospitals dan World Association of Eye Hospitals yang berfungsi menyamakan teknologi dan keahlian dokter. JEC juga sudah mendapat Joint Commission International untuk keamanan pasien. "Kalau di bidang lain, saya kurang tahu," akunya.
Dalam beberapa hal, lanjut dr Budi, Indonesia justru lebih disukai. RS tempatnya bekerja beberapa kali menangani pasien asing, misalnya dari Malaysia, Singapura, Korea, Jepang, bahkan Amerika. Sebagian pasien-pasien tersebut memang bekerja di Indonesia, namun sebagian lainnya sengaja datang dari negara asalnya khusus untuk berobat.
"Ada pasien yang sudah dirawat di Singapura, namun akhirnya di-handle di Indonesia. Biaya RS mata di Indonesia juga lebih murah daripada di Singapura," katanya.
Di Gleneagles Singapore, pasien dari luar negeri banyak berasal dari Indonesia, Malaysia, dan negara-negara Indochina. Seorang perawat mengatakan kepada detikHealth, "Di RS kami banyak orang Indonesia. Mereka sangat kaya."
Phua Tien Beng, Chief Operating Officer Gleneagles Singapore, menduga kedekatan jarak membuat orang-orang Indonesia banyak berobat ke Singapura. "Dokter kami juga banyak yang bisa berbahasa Melayu atau Indonesia, sehingga pasien merasa lebih nyaman," katanya saat ditanyai detikHealth pada acara Gleneagles Hospital 16th Annual Seminar di Singapura.
Sementara itu, Dr. Vincent Chia, MBBS, GDFM sebagai Chief Executive Officer Gleneagles Singapore berpendapat bahwa keahlian dokter adalah faktor utama preferensi pasien. "Alat bisa dibeli, tapi expertise susah disamai. Dokter kami sangat berpengalaman, sudah menangani ratusan pasien," ujarnya.
Gleneagles Hospital yang terletak di Napier Road berdiri sejak 1957. RS swasta tertua di Singapura ini terkenal sebagai RS yang fokus terhadap wanita. Chia mengklaim RSnya memiliki ICU terbaik di Singapura dan sukses melakukan terobosan bedah dengan satu sayatan.
(fit/vta)











































