Terpapar Sinar Matahari, Pekerja Lapangan Lebih Rentan Dehidrasi Saat Puasa

Anti Lemas Saat Puasa

Terpapar Sinar Matahari, Pekerja Lapangan Lebih Rentan Dehidrasi Saat Puasa

- detikHealth
Rabu, 02 Jul 2014 16:46 WIB
Terpapar Sinar Matahari, Pekerja Lapangan Lebih Rentan Dehidrasi Saat Puasa
Ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Saat berpuasa, wajar jika seseorang merasa haus yang merupakan gejala dehidrasi ringan. Khususnya bagi pekerja yang beraktivitas di luar ruangan, mereka lebih rentan mengalami dehidrasi dibandingkan pekerja yang berada di ruangan.

"Selama berpuasa risiko dehidrasi hanya pada pekerja lapangan, sedangkan pada pekerja kantoran tidak. Selagi orang yang bekerja di kantor bisa memenuhi cairan saat buka dan sahur, mereka nggak terlalu merasa haus," tutur ahli gizi Rita Ramayulis DCN, MKes ketika berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (2/7/2014).

Diuraikan Rita, pekerja lapangan lebih rentan dehidrasi karena mereka lebih banyak mengeluarkan cairan lewat keringat. Selain itu, dengan mobilisasi di lapangan membuat mereka bernapas lebih cepat, sehingga uap air pun dikeluarkan. Apalagi, pengeluaran cairan dalam bentuk uap air saat bernapas dan keringat sulit dihambat bagi mereka yang bekerja di lapangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau terjadi dehidrasi memang harus segera membatalkan puasa, kalau nggak bisa kena heat stroke. Ada cara meminimalisir produksi keringat dan uap air dengan mengurangi jam kerja di siang hari atau paparan sinar matahari langsung," lanjut dosen jurusan ilmu Gizi Poltekkes II Jakarta ini.

Rita mengatakan, saat bekerja di luar ruangan sebaiknya tidak menggunakan pakaian tertutup karena risiko dehidrasi menjadi dua kali lipat. Sebaiknya, gunakan pakaian yang longgar dan seminimal mungkin agar rangsangan panas tidak berasal dari dua sumber, lingkungan dan pakaian.

"Kalau ada dua rangsang panas, jumlah keringat yang diproduksi makin banyak. Jadi salah kalau malah pakai jaket supaya kulitnya nggak terbakar mtahari karena hal itu justru membuat keringat lebih banyak keluar," ucap Rita.

Jika memungkinkan, Rita sangat menyarankan untuk mengurangi jam kerja, misalnya saja supir angkutan umum yang tidak 'narik' 12 jam penuh. Bagi yang beraktivitas di luar ruangan, boleh menggunakan topi, payung, atau kacamata hitam untuk menghindari paparan sinar matahari.

Saat seseorang tidak minum dan tidak berkeringat, akan terjadi proses reabsorbsi caoran oleh ginjal. Ketika cairan melewati ginjal dan seharusnya disaring lalu masuk ke kandung kemih, cairan akan ditarik kembali ke tubuh sehingga tidak jadi buang air kecil. Maka dari itu, ketika berpuasa biasanya frekuensi buang air kecil pun berkurang.



(rdn/up)

Berita Terkait