Kisah Herni Risnawati, Bidan Desa 'Super' Merangkap Sopir

Kisah Herni Risnawati, Bidan Desa 'Super' Merangkap Sopir

- detikHealth
Kamis, 14 Agu 2014 17:06 WIB
Kisah Herni Risnawati, Bidan Desa Super Merangkap Sopir
Bidan Herni (Foto: Firdaus / detikHealth)
Cirebon -

Sebagai tenaga kesehatan, bidan di desa memegang peranan yang penting. Dengan diberlakukannya Desa Siaga, tiap desa di Indonesia kini memiliki minimal satu bidan.

Salah satu bidan tersebut adalah Herni Risnawati. Menjadi bidan bagi Herni adalah pekerjaan yang penuh pengabdian bagi masyarakat. Bagaimana tidak, ia siaga melayani warga 24 jam di Puskesmas Desa Cibogo, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

"Kebetulan saya warga sini, rumah saya juga persis di depan Posyandu. Jadi saya siap siaga melayani jam berapa saja," kata Herni kepada detikHealth, Kamis (14/8/2014).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Herni yang telah menjadi bidan sejak 1994 bisa melayani sekitar 7 hingga 8 ibu hamil tiap bulan. Tidak hanya itu, totalitas Herni mengabdi bahkan membuatnya merangkap berbagai keahlian.

Beberapa warga desa bahkan melihat Herni sebagai 'dokter' tempat berkonsultasi kesehatan. Jika ada warga yang berkonsultasi, bidan desa Cibogo ini hanya bisa melayani seadanya sambil memberikan arahan untuk ke dokter puskesmas.

Jika ada kecelakaan atau kondisi darurat, Herni mengaku biasa memberikan tindakan medis darurat sebelum dirujuk. Bahkan saat merujuk ia sendiri yang mengemudikan ambulans ke rumah sakit.

"Sopir sih ada yang laki-laki, tapi dia tidak selalu ada karena rumahnya tidak dekat sini. Kalau saya kan bisa kapan saja. Saya jadi sopir ambulans, apa saja, tidak hanya melahirkan dan kecelakaan. Darurat apapun saya siap," tutur Bidan yang lulus dari Politeknik Kesehatan Tasikmalaya ini.

Herni bercerita selama pengalamannya menjadi bidan sekaligus sopir ambulans, ia mengeluhkan kerusakan jalanan Cirebon terlebih saat merujuk ibu hamil.

"Mengantarkan ibu melahirkan jadi stres. 'Tahan Bu jangan ngeden Bu', sementara itu jalan kan sudah grudak-gruduk, saya kadang sedih ini jalan kapan diperbaiki," kenang Herni.

Meskipun pengalamannya sebagai bidan desa penuh perjuangan, Herni mengaku tidak keberatan sama sekali.

"Saya senang yah, yang namanya bidan gak melihat waktu. Buat saya yang paling menyusahkan itu jalanan jelek. Merujuk jadi susah," tutup Herni.

(up/up)

Berita Terkait