Dijelaskan pengamat kesehatan seksual dr Andri Wanananda MS, vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi paling efektif dengan angka kegagalan kurang dari 0,1 % - 0,15% pada tahun pertama pasca tindakan.
Metode ini dilakukan dengan operasi kecil pada 'vas deferens' yang berfungsi sebagai saluran transportasi spermatozoa. Dengan vasektomi, vas deferens tersebut dipotong dan disumbat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, karena vasektomi tidak memengaruhi fungsi dari kelenjar-kelenjar asesoris yang menghasilkan cairan semen (cairan sperma), maka cairan semen tetap keluar saat pria yang sudah divasektomi ejakulasi ketika orgasme.
Bedanya, pada pria yang sudah melakukan vasektomi, cairan yang dikeluarkan saat ejakulasi tidak mengandung sel spermatozoa. Testis juga tidak terpengaruh dan tetap berfungsi penuh hingga pria tetap mempunyai hasrat dan kemampuan seksual yang sama dengan sebelum vasektomi.
"Dengan kata lain, cairan sperma (semen) tetap keluar tetapi tidak mengandung spermatozoa (sel jantan) yang bisa menyebabkan kehamilan," imbuh pria yang juga mengajar di Universitas Tarumanegara.
Untuk melakukan vasektomi pun syaratnya sederhana. Vasektomi harus dilakukan dengan sukarela, artinya pria sudah memahami prosedur vasektomi dan selanjutnya memutuskan pilihan atas keinginan sendiri. Kemudian bahagia di mana pria terikat dalam pernikahan yang sah dan sudah memiliki anak minimal 2 orang dengan usia anak terkecil minimal 2 tahun.
"Terakhir yaitu sehat, artinya pria melalui pemeriksaan oleh dokter dan memenuhi persyaratan medis untuk dilakukan prosedur tindakan vasektomi," pungkas dr Andri.
(rdn/up)











































