Untuk membujuk perempuan agar melakukan deteksi dini, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, dr HM Subuh, MPPM punya cara yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan mengenalkan penyakit kanker serviks dan payudara sambil memberi tahu manfaat melakukan deteksi dini.
Baca juga: Penderita Kanker Naik 300 Persen di 2030, Terbanyak di Negara Berkembang
"Kan kita perkenalkan dengan penyakitnya, orang sehat dikenalkan dengan penyakitnya, artinya setiap perempuan, selama ia mempunyai rahim dan payudara mungkin terkena kanker. Bagi ibu-ibu yang berusia 30 - 50 tahun bisa melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan IVA dan pap smear," ucap dr Subuh di kantor Kemenkes, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, dan ditulis pada Kamis (5/2/2015).
Ia mengatakan jika kanker terdeteksi sejak dini maka harapan hidup pasien pun lebih besar. dr Subuh menambahkan, Kemenkes memiliki target untuk mengurangi penderita kanker dalam waktu 5 tahun kerja.
"Kita harapkan semua masyarakat bergerak, kan enggak perlu perempuan ditangkap polisi untuk dibawa ke puskesmas. Target kita dibawah 1 per 1.000 penduduk. Tidak mungkin sampai 0 sih tapi kan untuk mencapai 0,5 dengan hitungan masyarakat Indonesia itu sudah besar. Cita-cita kita targetnya di bawah satu selama masa jabatan 5 tahun kerja," papar dr Subuh.
Baca juga: Ingat, 30% Kanker dapat Dikontrol dan 40% Dapat Dicegah
Namun, yang masih menjadi kendala pengendalian kanker ialah masih adanya orang yang tidak mau memeriksakan diri ke rumah sakit ataupun puskesmas. Sekalipun pasien datang untuk memeriksakan diri, dikatakan Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN), Prof Dr dr Soehartati G, Sp.Rad, pasien tersebut telah dalam kondisi lanjut yang memerlukan perawatan lebih kompleks seperti radiasi, kemoterapi, dan obat penunjang kanker lainnya.
"Kita punya target, secara umum penyakit kanker di indonesia bisa terkendali dengan baik malalui deteksi dini, karena kan belum semua masyarakat terdeteksi. Kalau sudah dideteksi nanti bisa dilakukan pengobatan lanjut, misalnya kalau di tempat ia terdeteksi fasilitasnya kurang bisa dirujuk ke rumah sakit rujukan kanker," ucap dr Subuh.
(rdn/vit)