"Yang paling utama kalau kita menghadapi era pasar bebas ASEAN seperti saat ini, adalah mengantisipasi zoonotik yaitu penyakit yang bersumber pada binatang. Flu burung, antraks, termasuk koronaviorus, ebola, itu jadi yang paling banyak saat ini dan disebut dengan new emerging diseases," terang Dirjen P2PL Kemenkes, H.M. Subuh, MPPM.
"Itu harus kita waspadai karena 85-90 persen penyakit itu merupakan penyakit zoonotik dan itu sifatnya ganas sekali dan jika terjadi penularan bisa berakibat fatal. Maka perlu diwaspadai," lanjut Subuh di Intercontinental Hotel, Jl Jend Sudirman, Jakarta, Rabu (6/5/2015).
Maka dari itu, dikatakan Subuh dalam konsep one health world, satu kesehatan dunia tidak bisa lepas dari kesehatan hewan, lingkungan dan manusianya. Sebut saja penyakit kuku dan mulut pada sapi dikatakan Subuh tidak ada di Indonesia, melainkan ada di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, jangan sampai penyakit itu bisa menularkan ke warga Indonesia di dalam era pasar bebas seperti sekarang ini.
Untuk mewaspadai penularan penyakit antara negara, maka ada forum komunikasi yang disebut dengan National Vocal Point di mana seluruh negara WHO saling bertukar informasi ketika ada suatu penyakit di negaranya dan langsung diberikan solusi untuk mengatasinya.
"Karena kita tidak hanya mendeteksi saja tapi harus melakukan aksi. Meskipun ada beberapa penyakit yang pada porsinya memang harus ditangani oleh daerah, contohnya demam berdarah, kan itu masalahnya lingkungan yang harus ditangani bersama. Sedangkan yang butuh penanganan dari pemerintah pusat itu terutama penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi seperti TB pada anak, campak, difteri, dan polio karena berkaitan dengan keseluruhan sistem," papar Subuh.
Selain itu, Subuh juga mengimbau agar masyarakat menerapkan dan membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Yang paling sederhana yaitu menjaga higienisasi. Misalnya jika hendak makan atau sehabis memegang sesuatu, biasakan cuci tangan pakai sabun. Minimal, kebiasaan itu bisa menurunkan terjadinya penyakit tidak menular.
Baca juga: Kapankah Vaksinasi untuk Anak Boleh Ditunda? (Radian Nyi Sukmasari/Nurvita Indarini)











































