"Di lingkungan kerja, saya termasuk yang paling muda. Namun tidaklah menjadi masalah bekerja dengan kolega yang jauh lebih senior, karena saya selalu mendapat ilmu dan pengalaman yang sangat berharga dari para senior-senior saya itu," terang dr Andri dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (16/6/2015).
Menurutnya, suasana kerja akan baik-baik saja selama seseorang bisa menempatkan dirinya secara sesuai. Tak dipungkiri, awalnya dr Andri sungkan bekerja bersama dengan para senior, namun untunglah di tempatnya bekerja, para senior tak ragu membimbingnya sehingga membuat iklim bekerja yang kondusif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Andri memilih spesialisasi orthopaedi karena bidang ilmunya menarik serta berhubungan dengan kegemarannya, biomekanika. Selanjutnya dia mengambil subspesialisasi foot and ankle, awalnya karena kelangkaan ahli foot and ankle di Indonesia.
"Saya dikirim untuk belajar di Chonnam National University Hospital, Korea selama satu tahun (2012), dan kemudian mengembangkan divisi foot and ankle di RS Hasan Sadikin Bandung setelah pulang. Selama pendidikan, saya semakin tertarik terhadap bidang foot and ankle ini karena kompleksitasnya yang menjadikannya penuh tantangan bagi saya," papar alumnus Universitas Padjajara Bandung ini.
Pria yang menyelesaikan pendidikan sub spesialis foot and ankle di usia 33 tahun ini mengatakan selama dirinya menjadi dokter, ada banyak kasus menarik yang didapati. Salah satu kasus yang dia anggap sulit adalah saat harus mengoperasi seorang pesepakbola profesional level tinggi di Indonesia , yang sudah beberapa waktu tidak bermain karena cedera pada ankle (pergelangan kaki).
"Alhamdulillah setelah menjalani masa pemulihan, saya bisa melihat dia kembali berkompetisi di Indonesia, dan itu membuat saya senang sekali," kenang dr Andri yang akan genap berusia 35 tahun pada 17 Juni besok.
Baca juga: Ingin Banggakan Orang Tua, dr Sita Jadi Dokter Kandungan di Usia 28 Tahun
Seperti dokter lainnya, tentu dr Andri merasa bahagia apabila apa yang dia kerjakan dapat memperbaiki kehidupan seseorang. Misalnya saja saat mengobati atau mengoperasi seseorang yang sebelumnya kesulitan berjalan bahkan sulit berdiri, namun akhirnya dapat berjalan dan bekerja kembali untuk mencari nafkah.
"Ada juga pasien yang sudah sembuh namun masih sering berkomunikasi dengan saya, menceritakan perkembangannya saat ini, itu juga sangat menyenangkan karena silaturahmi tetap terjalin," sambung dr Andri.
dr Andri juga menceritakan pengalamannya menangani pasien yang sudah mengalami komplikasi akibat tidak segera datang ke dokter ketika mengalami keluhan pada tulangnya. Dikatakan dia, masih ada masyarakat yang memilih pengobatan non-medis saat mengalami cedera tulang, yang mana metode pengobatannya belum jelas.
"Ini bukti bahwa mereka menganggap enteng masalah ini. Dan pada akhirnya datang ke RS, biasanya sudah terlambat dan sudah terjadi komplikasi," keluhnya.
Kini, selain bekerja di RSHS, dr Andri juga sibuk mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Atas kompetensinya, dia pun beberapa kali diundang sebagai pembicara di acara-acara ilmiah orthopaedi baik di dalam maupun di luar negeri seperti di Korea, Hong Kong, dan Thailand.
Di waktu senggangnya, dr Andri menyempatkan diri menulis artikel, baik itu artikel ilmiah dalam jurnal, tinjauan, artikel populer di media massa, maupun non ilmiah seperti misalnya dalam blog. Dia pun menyempatkan diri untuk menonton sepakbola Liga Italia, terutama jika tim favoritnya, Napoli, bertanding.
Sedangkan untuk menjaga kebugaran, dr Andri meluangkan waktunya untuk berjogging.
(vit/up)











































