Hal ini membuat sebagian besar pasien tak mendapat konseling spiritual meskipun mereka membutuhkannya. Atas alasan inilah akhirnya muncul pelayanan jasa konseling spiritual bagi pasien penyakit parah secara online ataupun melalui sambungan telepon.
"Ketika seseorang menghadapi masalah, baik itu masalah pikiran ataupun kesehatan, seringkali mereka bertanya mengapa hal tersebut terjadi pada mereka. Mereka menginginkan jawaban seseorang untuk berbicara tentang hal ini," pendeta Eric Hall, Presiden HealthCare Chaplaincy Network (HCCN), seperti dikutip dari Reuters, Selasa (18/8/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
HCCn merupakan organisasi non-profit yang memberikan bantuan konseling spiritual. Melalui tiga situs utamanya, ChaplainsOnHand.org, ChaplainCareforVeterans.org dan CantBelieveIHaveCancer.org, HCCN berupaya menyediakan konseling spiritual tak hanya kepada pasien penyakit parah, namun juga kepada para veteran perang dan orang-orang tua yang membutuhkan.
Hall menyebut sudah ada 200.000 pasien yang menggunakan jasa mereka selama 4 bulan beroperasi. Hal ini menurutnya merupakan suatu kemajuan bagi tokoh-tokoh agama, terutama dalam bidang pelayanan kesehatan.
Amy Strano, Director of Programs and Services HCC mengatakan kesepian menjadi masalah yang paling sering ditemui. Menurut Amy, tak sedikit pasien yang merasa bersalah karena harus sakit dan dirawat. Rasa bersalah muncul karena harus merepotkan keluarga, terkesan menjadi beban, dan berbagai sebab lainnya.
"Karena mereka terlalu sering sendiri dan terisolasi, konseling spiritual dibutuhkan agar mereka tidak merasa bersalah, yang hanya akan memperburuk kesehatan mereka," tuturnya.
Lisa Anderson-Shaw, Director of Clinical Erhics di University of Illinois Hospital menyebut konseling spiritual merupakan bentuk lain dari pelayanan paliatif. Dengan menggunakan teknologi seperti Skype, video call, atau telepon, biaya serta waktu yang dibutuhkan untuk melakukan konseling pun lebih murah daripada mendatangi tokoh agama atau rumah ibadah.
"Banyak pasien yang sesudah mereka pulang ke rumah tak lagi perlu melakukan hal ini. Selain karena kesehatan yang sudah membaik, pikiran mereka pun lebih tenang," paparnya.
Baca juga: Anak Bungsu Idap Sakit Langka, Sekeluarga Rela Masuk Karantina (mrs/up)











































