Minimnya jumlah orang yang baru menerima obat dijelaskan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor Dr dr Samsuridjal Djauzi, SpPD, KAI, karena berbagai faktor. Akses terhadap obat yang sulit dan ketidaktahuan masyakat memegang peran besar.
"Ada yang belum mau, ada yang masih mikir-mikir, ada yang tidak mampu memperoleh pelayanan kesehatan karena masalah transportasi dan sebagainya. Tapi kita pasti selalu berusaha untuk menjangkau mereka secara aktif," kata dr Samsuridjal ketika ditemui detikHealth pada acara seminar HIV di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jumat (27/11/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu juga ada syarat-syaratnya untuk obat. Jadi CD4 harus di bawah 350 dan sebagainya yang membuat belum waktunya obat untuk dipakai," lanjut dr Samsuridjal menjelaskan bahwa tak semua orang juga bisa memakai ARV.
Namun demikian dalam waktu dekat semua itu akan jadi cerita lama. Dengan kehadiran obat-obat ARV yang baru maka hampir semua orang ke depan bisa memakainya.
"Obat yang terbaru ini bisa segara dipakai jadi mungkin tahun depan kita udah nggak liat CD4 lagi. Pemerintah akan menyiapkan 90 ribu obat lagi," kata dr Samsuridjal.
ARV sendiri adalah obat yang memiliki kemampuan untuk menekan HIV dalam tubuh. Ia memang tak bisa menyembuhkan penyakit, namun bila dikonsumsi teratur maka pengidap bisa hidup sehat hingga tua layaknya mereka yang tak memiliki virus.
Pengidap yang mengonsumsi obat tak perlu khawatir akan menularkan virus ke orang lain bahkan ke anak dalam kandungan atau anak yang disusui karena bila diperiksa sebenarnya virus bisa sudah tak terdeteksi dalam darah.
Baca juga: ODHA Belum Konsumsi ARV Tapi Kena TB, Baiknya Minum Obat TB Lebih Dulu
(fds/vit)











































