Dalam sebuah penelitian, para ilmuwan dari RS Paru Persahabatan memeriksa 70 pasien gagal jantung. Para ilmuwan menggunakan kuesioner Berlin untuk mengidentifikasi kemungkinan Obstructive Sleep Apnea (OSA) pada pasien-pasien tersebut.
"Ditemukan 42 pasien atau 60 persen punya risiko tinggi mengalami OSA," kata Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), salah seorang ilmuwan yang melakukan penelitian tersebut, ditemui dalam simposium di RS Paru Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (10/2/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian lain yang dilakukan dr Agus juga mengungkap adanya keterkaitan erat antara gangguan tidur OSA dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Gangguan tidur OSA, dalam penelitian tersebut ditemukan pada sekitar 19,8 persen pasien PPOK.
Henti napas saat tidur pada pasien OSA biasanya ditandai dengan dengkuran atau ngorok akibat sumbatan atau penyempitan saluran napas. Akibatnya flow atau aliran oksigen berkurang, dan mengganggu berbagai fungsi organ yang ada di dalam tubuh.
"Mendengkur dan berkurangnya flow oksigen sebesar 4 persen akan mengganggu organ yang membutuhkan banyak oksigen, seperti jantung dan paru-paru," kata Kepala Departemen Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Budhi Antariksa, SpP(K).
Baca juga: Riset RSP Persahabatan: Sopir Gemuk Rentan Kecelakaan Akibat Microsleep
(up/vit)











































