Fernando Melendez, Gubernur negara bagian Loreto, sebelah utara Peru, mengatakan wabah ini menyerang kelompok penduduk lokal yang tinggal di sekitar sungai Amazon. Kelompok penduduk ini diketahui memiliki kebiasaan berburu kelelawar.
Desa Achuar menjadi tempat dengan korban terbanyak. Dari 12 orang yang meninggal dunia, tiga di antaranya merupakan anak-anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kehilangan satu anak-anak sudah sangat menyedihkan. Loreto saat ini sedang berduka," tutur Melendez, dikutip dari Reuters, Kamis (11/2/2016).
Pemerintah Peru sendiri sudah menyiapakan bala bantuan. Namun letak perkampungan dan desa penduduk lokal yang jauh dari jalan raya dan berada di tengah hutan mempersulit akses dan memperlambat datangnya bantuan.
"Kematian karena rabies dari kelelawar sebenarnya jarang di Peru. Namun suku-suku pedalaman sering mengabaikan kesehatan dan bisa sulitnya akses membuat yang sakit tidak sempat tertolong," urai Deputi Menteri Kesehatan Peru, Percy Minaya.
Rabies merupakan penyakit yang biasa ditularkan oleh anjing. Namun penelitian menemukan rabies juga umum ditularkan oleh kelelawar, monyet, rakun, musang hingga kucing.
AFrika Barat dan Asia Tenggara memiliki kerentanan yang tinggi terkait risiko penularan rabies. Faktor yang memengaruhinya adalah semakin padatnya manusia hingga mendirikan rumah di pinggir hutan yang menjadi pusat populasi kelelawar.
Baca juga: Kelinci Bisa Jadi Sarana Penyebaran Penyakit Demam Kelinci (mrs/up)











































