Catat! Daftar Dampak Buruk Stres Pada Tubuh

Catat! Daftar Dampak Buruk Stres Pada Tubuh

Nurvita Indarini - detikHealth
Senin, 07 Mar 2016 09:35 WIB
Catat! Daftar Dampak Buruk Stres Pada Tubuh
Foto: Dok. Thinkstock
Jakarta - Stres memang alamiah dirasakan seseorang saat tertekan. Namun ada baiknya belajar mengelola stres agar tidak berlangsung berkepanjangan sehingga berdampak buruk bagi tubuh.

Dirangkum detikHealth, berikut ini aneka dampak stres berkepanjangan pada tubuh:

1. Cepat Pikun

Foto: thinkstock
Penelitian yang digelar Ohio State University, mengungkap tikus-tikus yang mengalami stres berkepanjangan mengalami gangguan cukup serius di beberapa bagian otaknya. "Stres yang dimaksud adalah stres kronis alias berkepanjangan. Stres ini 'bertahan' di otak dan menyebabkan peradangan. Peradangan ini kemudian mengganggu kerja beberapa bagian otak," tutur salah satu peneliti, Jonathan Godbout.

Peneliti juga menyimpulkan bahwa stres secara langsung berkaitan dengan peradangan, yang kemudian merusak sistem kekebalan tubuh dan otak.

2. Performa Sperma 'Keok'

Foto: admin
Lingkungan kerja yang sering membuat stres juga dapat meningkatkan risiko ketidaksuburan dengan mengurangi jumlah sperma sehat. Jika pria sering stres dan kelelahan, maka secara hormonal spermanya berisiko mengalami penurunan performa. Mulai dari penurunan jumlah, bentuk, hingga pergerakannya.

Untuk mengembalikan performa sperma menjadi lebih sehat, selain mengendalikan stres dan kelelahan pria juga disarankan untuk menjaga kebugaran fisik dan pola makannya. "Jelasnya, exercise fisik secara reguler, kelola stres, disertai makanan segar yang mengandung karbohidrat, protein-lemak, vitamin, mineral dan air dalam porsi seimbang," saran pengasuh konsultasi seksologi detikHealth, dr Andri Wanananda, MS.

3. Rentan Kena Diabetes Tipe 2

Foto: thinkstock
dr Casey Crump dari Mount Sinai School of Medicine, New York, menuturkan mereka yang sejak usia 18 tahun sering dilanda stres, maka akan lebih rentan mengalami diabetes tipe 2 dibandingkan orang lain yang bisa mengatur stresnya.

"Ketahanan terhadap stres merujuk pada kemampuan seseorang untuk beradaptasi atau mengatasi masalah. Ketahanan terhadap stres rendah artinya orang itu kesulitan untuk beradaptasi," kata dr Crump.

Ketika seseorang stres tubuh akan menghasilkan hormon kortisol dan hal ini mendorong resistensi hormon lainnya, insulin, yang berfungsi mengatur gula darah. Jika dibiarkan lama-lama maka resistensi akan semakin berkembang dan jadi diabetes.

4. Picu Penyebaran Kanker

Foto: thinkstock
Ilmuwan melaporkan stres kronis terbukti menginduksi sinyal dari sistem saraf simpatik yang mendorong perkembangan kanker. "Jadi ketika stres, tidak hanya ada jalan baru bagi tumor untuk keluar, namun kecepatannya juga meningkat sehingga sel-sel tumor dapat mengalir keluar dari tumor itu sendiri jauh lebih cepat," kata salah peneliti dari Monash Institute of Pharmaceutical Sciences, Dr Erica Sloan.

Sistem limfatik merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, yakni suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Meski demikian jika terkena paparan stres kronis dapat turut mempercepat penyebaran kanker. Tak heran stres kerap disebut bisa menjadi 'pupuk'  bagi kanker.

5. Bisa Bikin Bobot Melonjak

Foto: Thinkstock
Studi dari University of Florida mengungkap stres kronis yang terjadi terus-menerus dapat menghambat penurunan berat badan. Alasannya, stres kronis merangsang produksi protein betatrophin yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk memecah lemak.

"Stres membuat metabolisme lemak di dalam tubuh menjadi lebih lambat, akibatnya lemak pun tertimbuh," ujar Dr Li-Juni Yang, dari UF College of Medicine.

Dalam studi ini, peneliti menggunakan tikus. Meskipun belum dilakukan penelitian secara langsung pada manusia, namun Yang meyakini bahwa hasil yang muncul kemungkinan besar tak berbeda jauh. Menurutnya, tetap yang terpenting adalah fakta bahwa stres memiliki pengaruh buruk terhadap kesehatan tubuh.
Halaman 2 dari 6
Penelitian yang digelar Ohio State University, mengungkap tikus-tikus yang mengalami stres berkepanjangan mengalami gangguan cukup serius di beberapa bagian otaknya. "Stres yang dimaksud adalah stres kronis alias berkepanjangan. Stres ini 'bertahan' di otak dan menyebabkan peradangan. Peradangan ini kemudian mengganggu kerja beberapa bagian otak," tutur salah satu peneliti, Jonathan Godbout.

Peneliti juga menyimpulkan bahwa stres secara langsung berkaitan dengan peradangan, yang kemudian merusak sistem kekebalan tubuh dan otak.

Lingkungan kerja yang sering membuat stres juga dapat meningkatkan risiko ketidaksuburan dengan mengurangi jumlah sperma sehat. Jika pria sering stres dan kelelahan, maka secara hormonal spermanya berisiko mengalami penurunan performa. Mulai dari penurunan jumlah, bentuk, hingga pergerakannya.

Untuk mengembalikan performa sperma menjadi lebih sehat, selain mengendalikan stres dan kelelahan pria juga disarankan untuk menjaga kebugaran fisik dan pola makannya. "Jelasnya, exercise fisik secara reguler, kelola stres, disertai makanan segar yang mengandung karbohidrat, protein-lemak, vitamin, mineral dan air dalam porsi seimbang," saran pengasuh konsultasi seksologi detikHealth, dr Andri Wanananda, MS.

dr Casey Crump dari Mount Sinai School of Medicine, New York, menuturkan mereka yang sejak usia 18 tahun sering dilanda stres, maka akan lebih rentan mengalami diabetes tipe 2 dibandingkan orang lain yang bisa mengatur stresnya.

"Ketahanan terhadap stres merujuk pada kemampuan seseorang untuk beradaptasi atau mengatasi masalah. Ketahanan terhadap stres rendah artinya orang itu kesulitan untuk beradaptasi," kata dr Crump.

Ketika seseorang stres tubuh akan menghasilkan hormon kortisol dan hal ini mendorong resistensi hormon lainnya, insulin, yang berfungsi mengatur gula darah. Jika dibiarkan lama-lama maka resistensi akan semakin berkembang dan jadi diabetes.

Ilmuwan melaporkan stres kronis terbukti menginduksi sinyal dari sistem saraf simpatik yang mendorong perkembangan kanker. "Jadi ketika stres, tidak hanya ada jalan baru bagi tumor untuk keluar, namun kecepatannya juga meningkat sehingga sel-sel tumor dapat mengalir keluar dari tumor itu sendiri jauh lebih cepat," kata salah peneliti dari Monash Institute of Pharmaceutical Sciences, Dr Erica Sloan.

Sistem limfatik merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, yakni suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Meski demikian jika terkena paparan stres kronis dapat turut mempercepat penyebaran kanker. Tak heran stres kerap disebut bisa menjadi 'pupuk'  bagi kanker.

Studi dari University of Florida mengungkap stres kronis yang terjadi terus-menerus dapat menghambat penurunan berat badan. Alasannya, stres kronis merangsang produksi protein betatrophin yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk memecah lemak.

"Stres membuat metabolisme lemak di dalam tubuh menjadi lebih lambat, akibatnya lemak pun tertimbuh," ujar Dr Li-Juni Yang, dari UF College of Medicine.

Dalam studi ini, peneliti menggunakan tikus. Meskipun belum dilakukan penelitian secara langsung pada manusia, namun Yang meyakini bahwa hasil yang muncul kemungkinan besar tak berbeda jauh. Menurutnya, tetap yang terpenting adalah fakta bahwa stres memiliki pengaruh buruk terhadap kesehatan tubuh.

(vit/vit)

Berita Terkait