Selain Mikrosefali, Virus Zika Juga Dikaitkan dengan 4 Penyakit Ini

Selain Mikrosefali, Virus Zika Juga Dikaitkan dengan 4 Penyakit Ini

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Senin, 07 Mar 2016 12:06 WIB
Selain Mikrosefali, Virus Zika Juga Dikaitkan dengan 4 Penyakit Ini
Foto: BBC World
Jakarta - Mikrosefali (bayi lahir dengan kepala kecil) menjadi salah satu alasan mengapa virus Zika menjadi perhatian dunia kesehatan. Meski belum ada hasil penelitian pasti, namun sebagian besar pakar percaya ada kaitan antara bayi lahir dengan mikrosefali dan infeksi virus Zika.

Studi virus Zika oleh berbagai peneliti dunia mulai banyak menghasilkan kesimpulan. Hasilnya hampir semua positif bahwa Zika memang menyebabkan berbagai kondisi mulai dari yang sering diduga seperti mikrosefali dan Guillain-Barre Syndrome (GBS) hingga ke kondisi lainnya seperti kalsifikasi otak, kerusakan plasenta, serta kematian janin.

Dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, Senin (7/3/2016), berikut 4 penyakit lainnya yang juga dikaitkan dengan virus Zika selain mikrosefali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Selain Aedes, Nyamuk Culex Diduga Bisa Sebarkan Zika

1. Penyakit saraf

Foto: BBC World
Selain dikaitkan dengan mikrosefali virus Zika juga disebut-sebut berhubungan dengan penyakit saraf langka bernama Guillain-Barre Syndrome (GBS). Pengidap GBS bisa alami kelumpuhan karena sistem kekebalan menyerang sistem sarafnya sendiri dan hal ini biasanya terjadi beberapa hari setelah seseorang terinfeksi bakteri, virus, atau parasit.

Dalam studi yang dipimpin oleh Arnaud Fontanet dari Institut Pasteur peneliti menemukan prevalensi risiko GBS ada sekitar 2,4 untuk setiap 10 ribu orang terinfeksi Zika. Hal itu diketahui setelah tim memeriksa data wabah Zika yang terjadi di Polinesia Perancis pada tahun 2013-2014.

"Studi ini penting karena mengkonfirmasi peran infeksi virus Zika terhadap kejadian komplikasi saraf parah yang salah satunya adalah Guillain-Barre Syndrome," kata Fontanet seperti dikutip dari Reuters.

2. Gangguan jiwa

Foto: thinkstock
Dr W. Ian Lipkin, Direktur The Center for Infection and Immunity dari Columbia University mengatakan ibu hamil yang terinfeksi Zika bisa melahirkan anak dengan risiko tinggi gangguan jiwa. Dr Lipkin mengatakan ada beberapa kesamaan antara virus Zika dengan infeksi yang dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan bipolar, skizofrenia dan autisme.

"Kemungkinan ini juga bisa terjadi pada anak yang tidak lahir dengan mikrosefali. Saya tidak akan kaget jika di masa depan akan ada peningkatan ADHD, autisme, bahkan epilepsi dan skrizofrenia di negara-negara yang sedang mengalami wabah Zika," tutur Dr Lipkin, dikutip dari NY Times.

Dr Urs Meyer, pakar psikologi perkembangan dan saraf dari Swiss Federal Institute of Technology, mengatakan infeksi yang dialami ketika otak sudah terbentuk oleh janin bisa meninggalkan gangguan. Gangguan ini tidak menyebabkan ukuran kepala mengecil seperti mikrosefali, namun memiliki efek yang baru dirasakan ketika anak sudah beranjak dewasa.

"Kerusakan yang dialami otak ketika belum tumbuh sempurna memiliki risiko tersendiri. Awalnya memang sulit terlihat namun penyakit seperti skizofrenia dan epilepsi tidak bisa disembunyikan gejalanya," ungkap Dr Meyer.

3. Kerusakan mata

Foto: thinkstock
Peneliti menuturkan 23 dari 29 ibu yang terlibat dalam studi di Salvador, Brasil, dilaporkan memiliki gejala infeksi virus Zika ringan selama kehamilan. Para ibu mengeluhkan ruam, demam, nyeri sendi, sakit kepala maupun gatal. Sementara itu 18 ibu di antaranya mengatakan memiliki gejala tersebut di trimester pertama kehamilan.

Nah, bayi-bayi yang dilahirkan para ibu tersebut, 10 bayi memiliki kelainan pada matanya. Ditemukan pula 7 bayi yang kedua matanya cacat. Demikian dikutip dari Daily Mail.

Sebagian besar bayi yang terkena kecacatan pada matanya memiliki lesi hitam di belakang mata. Masalah-masalah penglihatan yang ditemukan yakni kerusakan pada retina serta kelainan pada pembuluh darah dan jaringan di sekitar retina. Kerusakan saraf optik juga ditemukan di mata beberapa bayi.

4. Pneumonia

Foto: thinkstock
Dugaan ini muncul setelah virus Zika ditemukan pada tubuh seorang wanita berumur 20 tahun. Setelah jatuh sakit pada akhir April 2015 lalu, wanita ini muntah darah dan kemudian menghembuskan napas terakhirnya setelah sempat dirawat di rumah sakit selama 12 hari.

Kementerian Kesehatan setempat memastikan penyebab kematian wanita ini adalah pneumonia, tetapi dari sampel darahnya ditemukan virus Zika.

Meski belum dipastikan apakah kematian si korban murni disebabkan oleh virus Zika saja, Pedro Vasconcelos dari Evandro Chagas Institute yang menganalisis sampel darah si korban mengatakan, gejala gangguan pernapasan yang dialaminya juga 'sangat tidak biasa'.

"Mungkin ia terserang pneumonia yang kemudian diperburuk oleh adanya Zika dan akhirnya membuatnya meninggal," katanya.
Halaman 2 dari 5
Selain dikaitkan dengan mikrosefali virus Zika juga disebut-sebut berhubungan dengan penyakit saraf langka bernama Guillain-Barre Syndrome (GBS). Pengidap GBS bisa alami kelumpuhan karena sistem kekebalan menyerang sistem sarafnya sendiri dan hal ini biasanya terjadi beberapa hari setelah seseorang terinfeksi bakteri, virus, atau parasit.

Dalam studi yang dipimpin oleh Arnaud Fontanet dari Institut Pasteur peneliti menemukan prevalensi risiko GBS ada sekitar 2,4 untuk setiap 10 ribu orang terinfeksi Zika. Hal itu diketahui setelah tim memeriksa data wabah Zika yang terjadi di Polinesia Perancis pada tahun 2013-2014.

"Studi ini penting karena mengkonfirmasi peran infeksi virus Zika terhadap kejadian komplikasi saraf parah yang salah satunya adalah Guillain-Barre Syndrome," kata Fontanet seperti dikutip dari Reuters.

Dr W. Ian Lipkin, Direktur The Center for Infection and Immunity dari Columbia University mengatakan ibu hamil yang terinfeksi Zika bisa melahirkan anak dengan risiko tinggi gangguan jiwa. Dr Lipkin mengatakan ada beberapa kesamaan antara virus Zika dengan infeksi yang dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan bipolar, skizofrenia dan autisme.

"Kemungkinan ini juga bisa terjadi pada anak yang tidak lahir dengan mikrosefali. Saya tidak akan kaget jika di masa depan akan ada peningkatan ADHD, autisme, bahkan epilepsi dan skrizofrenia di negara-negara yang sedang mengalami wabah Zika," tutur Dr Lipkin, dikutip dari NY Times.

Dr Urs Meyer, pakar psikologi perkembangan dan saraf dari Swiss Federal Institute of Technology, mengatakan infeksi yang dialami ketika otak sudah terbentuk oleh janin bisa meninggalkan gangguan. Gangguan ini tidak menyebabkan ukuran kepala mengecil seperti mikrosefali, namun memiliki efek yang baru dirasakan ketika anak sudah beranjak dewasa.

"Kerusakan yang dialami otak ketika belum tumbuh sempurna memiliki risiko tersendiri. Awalnya memang sulit terlihat namun penyakit seperti skizofrenia dan epilepsi tidak bisa disembunyikan gejalanya," ungkap Dr Meyer.

Peneliti menuturkan 23 dari 29 ibu yang terlibat dalam studi di Salvador, Brasil, dilaporkan memiliki gejala infeksi virus Zika ringan selama kehamilan. Para ibu mengeluhkan ruam, demam, nyeri sendi, sakit kepala maupun gatal. Sementara itu 18 ibu di antaranya mengatakan memiliki gejala tersebut di trimester pertama kehamilan.

Nah, bayi-bayi yang dilahirkan para ibu tersebut, 10 bayi memiliki kelainan pada matanya. Ditemukan pula 7 bayi yang kedua matanya cacat. Demikian dikutip dari Daily Mail.

Sebagian besar bayi yang terkena kecacatan pada matanya memiliki lesi hitam di belakang mata. Masalah-masalah penglihatan yang ditemukan yakni kerusakan pada retina serta kelainan pada pembuluh darah dan jaringan di sekitar retina. Kerusakan saraf optik juga ditemukan di mata beberapa bayi.

Dugaan ini muncul setelah virus Zika ditemukan pada tubuh seorang wanita berumur 20 tahun. Setelah jatuh sakit pada akhir April 2015 lalu, wanita ini muntah darah dan kemudian menghembuskan napas terakhirnya setelah sempat dirawat di rumah sakit selama 12 hari.

Kementerian Kesehatan setempat memastikan penyebab kematian wanita ini adalah pneumonia, tetapi dari sampel darahnya ditemukan virus Zika.

Meski belum dipastikan apakah kematian si korban murni disebabkan oleh virus Zika saja, Pedro Vasconcelos dari Evandro Chagas Institute yang menganalisis sampel darah si korban mengatakan, gejala gangguan pernapasan yang dialaminya juga 'sangat tidak biasa'.

"Mungkin ia terserang pneumonia yang kemudian diperburuk oleh adanya Zika dan akhirnya membuatnya meninggal," katanya.

(mrs/vit)

Berita Terkait