dr Eko Priatno SpB-KBD dari RS Pondok Indah-Puri Indah mengatakan persepsi awam terhadap laparoski memang seperti itu. Laparoskopi menggunakan alat dan kamera untuk melihat dan mengangkat tumor kanker, beda dengan operasi terbuka di mana perut pasien dibedah dan tumor kanker diangkat keluar.
"Awalnya keraguan untuk laparoskopi memang itu. Apakah bisa sembuh benar? Karena kalau operasi bedah terbuka kan dibelek perutnya terus kelihatan semua dan tumornya diangkat sampai bersih," tutur dr Eko, dalam temu media di Plaza Senayan, Jl Asia Afrika, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah, karena studi membuktikan risiko kekambuhannya sama, maka nggak ada lagi yang perlu ditakutkan. Sekarang malah laparoskopi menjadi standar utama karena selain rasa nyeri yang berkurang jauh, bekas luka yang ditinggalkan kecil antara 0,5 - 1 cm. Sementara bedah terbuka kan bisa sampai 10 cm," tuturnya lagi.
Baca juga: BAB Nyeri dan Berdarah, Tanda Wasir atau Kanker Usus Besar?
Dijelaskan dr Eko, risiko kekambuhan penyakit kanker semakin besar jika stadium penyakit makin tinggi. Pada pasien kanker stadium 3 atau 4, pasien bisa jadi mengalami kanker yang sama dalam waktu 5-10 tahun.
Hal ini menurut dr Eko, terjadi akibat sel kanker yang sudah menyebar. Pada pasien kanker stadium 4, sel kanker tidak hanya ada di tumor, namun bisa jadi sudah menyebar ke seluruh tubuh sehingga risiko terserang kanker lain akan meningkat.
Sementara pasien kanker stadium 1 dan 2 bisa sama sekali tidak mengalami kekambuhan. Syaratnya, penyakit ditemukan dalam kondisi stadium ringan dan pasien melakukan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat.
"Jangan merokok, jangan minum alkohol, jaga berat badan jangan berlebih, kurangi konsumsi daging merah, hal-hal ini dapat mencegah terjadinya kanker usus besar," tandasnya.
Baca juga: Risiko Kanker Usus Besar Bisa Diturunkan Sampai Separuh dengan Kopi
(mrs/vit)











































