Sang ibu, Catherine (42), mengaku sangat bangga dengan prestasi buah hatinya tersebut. Awalnya ia sama sekali tak menyangka jika Izzy dapat melakukan hal-hal yang tak biasa tersebut.
Ia menceritakan, saat Izzy masih berusia 6 tahun, gadis tersebut tiba-tiba pingsan sepulang sekolah. Dalam perjalanan ke rumah sakit, jantung Izzy sempat berhenti beberapa saat. Dokter sempat pesimistis Izzy bisa selamat, namun kenyataannya kondisi Izzy membaik meskipun dokter terpaksa harus mengamputasi lengan dan kakinya guna mencegah penyebaran bakteri meningitis tersebut.
Baca juga: Ayah Ini Bikin Komik Superhero Difabel untuk Semangati Anaknya yang Cacat
"Pasca operasi Izzy menghabiskan waktu dua bulan di rumah sakit untuk proses pemulihan dan 8 bulan ia harus beraktivitas menggunakan kursi roda. Beberapa waktu kemudian ia dipasangkan lengan dan kaki palsu, dan langsung belajar berjalan sendiri," tutur Catherine, seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (22/4/2016).
Anak sulung dari tiga bersaudara ini lalu mengikuti kejuaraan Schools National Trampolining Competition. Dalam kategori Disability Category Two Novice, Izzy tampil memukau dan berhasil menjadi juara.
"Sangat menyenangkan bisa melakukan hal yang orang pikir kamu tak bisa lakukan. Saya menyukai aktivitas ini dan tak ingin kondisi saya menghalanginya. Jangan pernah ragu untuk mencoba, yakinlah pada diri sendiri," tutur Izzy.
Guru olahraga Izzy di sekolah, Nicole Haigh, juga menyatakan kebanggaannya pada Izzy. Meskipun Izzy harus berlatih lebih keras, namun gadis tersebut tetap bersemangat dan tak pernah menyerah. "Ia tetap rajin latihan dan saat melihatnya menjadi juara, saya benar-benar bangga. Meningitis atau ketidaksempurnaan fisik bukanlah penghalang baginya," imbuh Nicole.
Baca juga: Menyentuh! Perjuangan Dokter Tanpa Kaki Membantu Lebih dari 1.000 Pasien
(ajg/mrs)