Adalah Dr Robert Shenk dari Breast Center, University Hospitals Seidman Cancer Center, Cleveland, Ohio yang mengatakan bahwa risiko kanker payudara pada sebagian wanita bisa saja diturunkan dengan mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat.
Shenk dan timnya menemukan fakta ini setelah mengamati kurang lebih 23.000 wanita kulit putih berusia 30-80 tahun dan berisiko tinggi terserang kanker payudara. Peneliti juga mempertimbangkan data lain seperti kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol serta indeks berat badan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Studi: Aktivitas Fisik Kurangi Risiko Terserang 13 Tipe Kanker Ini
Untungnya lewat sebuah model, peneliti berhasil mengungkap bahwa meski risiko kankernya tinggi karena faktor genetik, bukan berarti ini adalah harga mati. Peneliti menemukan, rata-rata partisipan yang berisiko kanker karena turunan tetap bisa mengurangi risikonya hingga 11 persen dengan mengadaptasi gaya hidup sehat.
"Bahkan pada wanita yang risikonya paling tinggi sekalipun, asalkan BMI-nya rendah, ia tidak merokok atau minum-minum dan tidak sedang menjalani MHT (menopause hormone therapy), maka risikonya masih bisa berkurang, setidaknya tidak setinggi risiko wanita pada umumnya," ungkap Shenk seperti dilaporkan ABC News.
Menurut Shenk, ini karena wanita yang memiliki gaya hidup sehat, tidak merokok dan tidak kegemukan lebih mampu mengendalikan kesehatannya, termasuk risiko kanker yang ada di hadapannya.
Lagipula Shenk mengatakan setiap orang mempunyai risiko kanker pada dirinya, yaitu sebesar 10-12 persen. "Terlepas dari itu, faktor risiko tertingginya ya menjadi seorang wanita," imbuhnya.
Meski begitu, karena penelitian hanya melibatkan partisipan wanita berkulit putih, maka temuan ini dianggap tidak relevan untuk semua etnis, apalagi jika berkaitan dengan risiko kanker payudara yang didapat dari faktor genetik.
Baca juga: Dengan Menyusui, 20 Ribu Kematian Akibat Kanker Payudara Bisa Dicegah (lll/up)











































