Disebut oleh Direktur SDM dan Umum BPJS Kesehatan Mira Anggraini bahwa idealnya cakupan skrining bisa mencapai 80 persen populasi wanita Indonesia. Kenyataannya pemeriksaan hingga kini baru mencakup sekitar 2 persen populasi.
"Angkanya masih jauh sekali," kata Mira saat mencanangkan program pemeriksaan kanker serviks serentak di Kantor Walikota Jakarta Utara, Jumat (29/7/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka sudah sadar kesehatan, sudah pernah periksa, sudah tahu, jadi tidak takut. Kalau yang mengerti biasanya akan rutin itu setiap tahun periksa," kata Yustina.
Baca juga: Cegah Kanker Serviks, BPJS Gelar Skrining Gratis Serentak di Seluruh Indonesia
"Orang-orang yang pendidikannya bagus SMA ke atas yang suka datang memeriksakan IVA. Kalau yang pendidikannya menengah ke bawah kita rayu untuk pasang KB jangka panjang saja sudah sulit apa lagi IVA, menurut mereka nggak penting walaupun kita sudah kasih informasi," sambungnya.
Menurut Yustina selain warga yang sudah sadar kesehatan IVA saat ini juga biasanya dilakukan pada kelompok pemasang kontrasepsi spiral dan pekerja seks komersil. Untuk pengguna spiral tes IVA dilakukan sejalan dalam proses pemasangan kontrasepsi sementara untuk pekerja seks tes IVA dilakukan sejalan dalam program kontrol penyakit menular seksual lainnya.
"Yang lain susah masih takut atau malu. Kalau ada yang mau itu juga ngerayunya kita harus sampai 'ayo dong bu, ayo dong'" pungkas Yustina.
Baca juga: Tak Pernah Berhubungan Seks, Bisakah Kanker Serviks Menyerang?
(fds/vit)











































