Ingat, Chronic Myeloid Leukemia Bukan Halangan bagi Wanita untuk Hamil

Ingat, Chronic Myeloid Leukemia Bukan Halangan bagi Wanita untuk Hamil

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Selasa, 27 Sep 2016 11:04 WIB
Ingat, Chronic Myeloid Leukemia Bukan Halangan bagi Wanita untuk Hamil
Foto: Thinkstock
Jakarta - Usia masih produktif tapi terkena Chronic Myeloid Leukemia (CML) atau yang dalam bahasa Indonesia disebut Leukemia Granulositik Kronik (LGK), bukan halangan bagi wanita untuk memiliki momongan. Program kehamilan bisa dilakukan asal tetap dalam pengawasan dokter.

Seperti penuturan dr Nadia Ayu Mulandari SpPD, KHOM dari RS Cipto Mangunkusumo, bisa dibuat planning jika memang pasien CMl ingin melakukan program kehamilan. Di awal-awal kehamilan, pemberian obat imatinib mesylate mesti dihentikan. Dikatakan dr Nadia, obat yang aman diberikan pada ibu hamil yakni interferon (melalui suntikan).

Tapi, jika usia kehamilan sudah di atas 3 atau 6 bulan di mana sudah melewati masa pembentukan organ (organogenesis), jika memang kadar leukosit si ibu naik, dokter obstetri ginekologi fetomaternal biasanya membolehkan pemberian obat. Nah, obat yang diberi adalah hidroksi urea yang sifatnya hanya menurunkan leukosit, tidak seperti imatinib sebagai anti protein Bcr-Abl sehingga protein tersebut hilang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Kisah Lydia Tetap Tegar Meski Idap CML: Ini Hadiah dari Tuhan, Bukan Musibah

"Leukosit yang tinggi akan menyumbat plasenta dan nanti bayi nggak dapat oksigen. Jadi nggak boleh terlalu tinggi kadarnya. Tapi kalau tinggi banget, saya pernah kerjakan leukoferesis, leukositnya dikeluarin pakai mesin," kata dr Nadia saat berbincang dengan detikHealth usai diskusi bersama Himpunan Masyarakat Peduli Elgeka baru-baru ini.

"Pada prosedur itu jadi diambil darahnya, dikeluarin leukositnya aja. Kan ada kit khusus leukosit. Lalu darahnya dikeluarkan kemudian dimasukkan lagi darah sisanya. Jadi yang dikeluarkan hanya leukositnya saja," sambung dr Nadia.

Agar kehamilan yang terjadi aman, dr Nadia umumnya akan meminta si pasien untuk bisa mencapai target Major Molecular Response di mana kadar Bcr-Abl sudah di bawah 0,1 persen. Berdasarkan kadar Bcr-Abl, milestone pasien CML yakni diagnosis early molecular response (saat pasien pertama kali didiagnosis), complete cytogenic response (kadar Bcr-Abl di bawah 10 persen), major molecular response (kadar Bcr-Abl di bawah 0,1 persen) dan nealry undertectable disease (kadar Brc-Abl di bawah 0,0032 persen).

"Sementara kalau untuk program hamil, kalau suaminya yang kena CML, relatif aman. Walaupun katanya bisa berpengaruh pada sperma tapi relatif aman kalau dibanding ibu yang kena CML karena kan dia yang mengandung dan memang minum obatnya," pungkas dr Nadia.

Baca juga: Kisah Atun, Kankernya Makin Parah Saat Coba-coba Pengobatan Non-medis

(rdn/vit)

Berita Terkait