Terkait hal tersebut Profesor Yoshinori Ohsumi dari Tokyo Institute of Technology dilaporkan memenangkan hadiah nobel kedokteran 2016 atas risetnya dalam autophagy. Dimulai pada ragi di tahun 80-an dan 90-an Prof Yoshinori berhasil mengungkap informasi genetik mana yang secara spesifik bertanggung jawab terhadap proses autophagy.
Berkat pekerjaannya tersebut kini banyak studi bisa dilakukan oleh peneliti lain yang ingin membuat obat menargetkan proses autophagy. Oleh karena itu suatu saat mungkin saja ada obat baru muncul yang lebih efektif untuk kanker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepeloporannya dalam ragi menyebabkan penemuan gen kunci dan proses biokimia dasar yang diperlukan untuk autophagy. Karena proses pada ragi ini terjadi juga pada manusia, penemuan laboratoriumnya telah memberikan alat penting untuk laboratorium lain mengapresiasi peran penting autophagy di beragam proses fisiologis dan penyakit," komentar ahli autophagy lain Profesor David Rubinsztein dari University of Cambridge, dikutip dari BBC, Selasa (4/10/2016).
Konsep autophagy sendiri sudah dikenal lebih dari 50 tahun yang lalu. Tapi bagaimana hal ini terjadi tidak pernah diketahui pasti sampai diungkap oleh Prof Yoshinori.
Autophagy "self eating" is a process for degrading and recycling cellular components #NobelPrize #Medicine pic.twitter.com/glNWLPjxHe
— The Nobel Prize (@NobelPrize) October 3, 2016
Berbicara kepada media setempat NHK, Profesor Yohinori mengaku terkejut sekaligus senang karena mendapat kehormatan dirinya dipilih sebagai pemenang nobel.
"Tubuh manusia selalu mengulang proses dekomposisi otomatis ini, atau kanibalisme. Ada sebuah keseimbangan yang baik antara formasi dan dekomposisi. Inilah arti hidup," kata Prof Yoshinori.
Baca juga: Ilmuwan Peraih Nobel Gunakan Bakteri Tukak Lambung untuk Menangkal Penyakit (fds/vit)











































