Secara teknis mimpi buruk sendiri sama seperti mimpi-mimpi lainnya terjadi pada saat fase rapid eye movement (REM). Hanya saja yang membedakan adalah mimpi buruk secara khusus bisa dipicu oleh faktor seperti stres, kegelisahan, depresi, kondisi medis, penggunaan obat, dan penyalahgunaan zat.
Baca juga: Tanpa Disadari, 7 Hal Ini Bisa Bikin Orang Mengalami Mimpi Buruk
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penulis buku dan analis mimpi Lauri Quinn Loewenberg juga mengatakan hal serupa. Menurutnya mimpi adalah cara otak mengolah berbagai informasi yang dihimpun ketika aktif di siang hari dan mimpi buruk adalah efek samping dari informasi 'negatif'.
"Mimpi buruk terjadi ketika kita berpikir tentang isu-isu sulit pada fase REM dan mencoba menyelesaikannya. Sering kali kita mencoba mangabaikan beberapa isu sulit dengan distraksi di siang hari, namun ketika tidur kita dipaksa untuk merenung di dalam kepala sehingga isu-isu sulit ini akan muncul," kata Lauri seperti dikutip dari Medical Daily.
Beberapa studi melihat bagian otak amygdala yang bertanggung jawab terhadap emosi dan pikiran menjadi lebih aktif ketika mimpi buruk terjadi. Menurut ahli bagian ini lah yang membuat seorang pemimpi bisa alami respons ketakutan nyata dari mimpi buruk.
Baca juga: Sering Mimpi Buruk Tandanya Gejala Gangguan Jiwa, Benarkah? (fds/vit)











































