Dalam broadcast itu dipertanyakan alasan pemerintah memberikan vaksinasi HPV kepada anak SD, bukannya perempuan yang sudah aktif berhubungan seksual. Sebab faktanya, virus ini rentan menyerang wanita yang telah aktif secara seksual. Di situ juga dikatakan bahwa vaksin HPV dapat mengakibatkan menopause dini.
Menanggapi hal ini, drg Oscar Primadhi, MPH, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes menegaskan bahwa kabar itu tidak benar dan disebarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia menambahkan, pemberian vaksin HPV pada anak usia sekolah dasar dan menengah lazim dilakukan di sejumlah negara, di antaranya AS dan Malaysia. Tercatat sudah ada 67 negara yang menggunakan vaksin HPV dalam program nasionalnya.
"Dari tahun 2006 sudah ada 90 juta dosis vaksin yang diberikan pada anak dan remaja di Amerika Serikat. Namun yang melaporkan terjadinya kasus menopause dini itu hanya 10 orang," ungkap dr Piprim.
Setelah diteliti lebih dalam, tidak juga ditemukan adanya kaitan antara menopause dini yang dialami 10 orang tersebut dengan vaksin HPV yang diberikan. Sebagai gambaran, AS dan Malaysia juga memberikan vaksinasi HPV kepada anak-anak secara gratis.
"Kalau pakai hitung-hitungan saja, misalkan benar dapat menyebabkan menopause dini pasti jumlah yang melaporkan bisa sampai jutaan ini. Ini hanya 10. 90 Juta dengan 10 itu kan sangat jauh," tegasnya.
![]() |
Baca juga: Bantahan Kemenkes Soal Kabar Vaksin HPV Sebabkan Menopause Dini
Ada sejumlah pertimbangan yang mendasari pemberian vaksin HPV untuk anak SD. Pertama, soal kepraktisan. Ketika masih anak, pemberian vaksin dirasa lebih mudah, sebab ketika sudah menikah maka yang bersangkutan harus menjalani serangkaian tes terlebih dahulu, seperti papsmear.
Kedua, jika diberikan sejak dini, efek proteksi atau perlindungan yang diberikan vaksin terhadap risiko infeksi virusnya akan lebih baik. Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) Profesor Andrijono, SpOG (K), mengatakan, vaksin ini efektif diberikan kepada anak karena pembentukan kekebalannya lebih efektif dibanding orang dewasa.
Ketiga, Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 menyebutkan, sekitar 41,9 persen wanita Indonesia menikah di rentang usia 10-19 tahun. Artinya hampir setengah wanita Indonesia yang menikah dan aktif berhubungan seks usianya masih di bawah 19 tahun. "Sekarang kalau kita mau mencegah (penyakit -red) idealnya di mana? Logikanya di mana? 10 Tahun paling ideal kan makanya kita berikan," ujar Prof Andrijono.
drg Oscar mengatakan efektivitas pemberian vaksinasi HPV terhadap pencegahan kanker serviks bisa mencapai 100 persen. "Hasil penelitian selama 14 tahun menunjukkan setelah mendapat imunisasi HPV penerima vaksin masih terproteksi 100 persen terhadap HPV tipe 16 dan 18 sehingga tidak diperlukan imunisasi ulang (booster)," timpalnya.
Namun demikian tak dipungkiri jika tetap ada orang tua yang termakan isu dan menjadi ragu. Menghadapi orang tua yang seperti itu, Prof Andrijono menyarankan agar dokter bersabar menjelaskan tentang manfaat vaksin HPV.
"WHO sudah menganjurkan, seluruh dunia pakai, sudah jutaan orang divaksin, 64 negara jadikan program nasional, nah Indonesia mau sampai kapan lagi? Australia sudah 15 tahun dia pakai vaksin ini, Amerika udah 10 tahun jadi program nasional. Kita baru sekarang saja sudah dioprak-oprak digosipin," pungkasnya.
Baca juga: Infografis: 10 Hal yang Harus Diketahui Soal Vaksinasi HPV untuk Anak (lll/up)