Menurut Project Integration Manager of Product Development Division PT Bio Farma (Persero), Erman Tritama, secara global, diprediksi pada tahun 2024 kebutuhan vaksin untuk mencegah penyakit tifus itu mencapai 180 juta.
"Saat ini permintaan vaksin tifoid secara global cukup tinggi. Namun untuk saat ini prioritas utama kami untuk memenuhi kebutuhan lokal. Untuk produksi awal kami akan memproduksi 20 juta dosis per tahun. Itu untuk kebutuhan dalam negeri," ujar Erman, saat Media Gathering Bio Farma Contribution to The World di Glamping Lakeside Rancabali, Minggu (19/3/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka itu, Tifoid Konjugat ini diharapkan bisa menekan angka penyakit tifus khususnya pada anak. Keunggulannya vaksin ini bisa diberikan pada anak di bawah usia dua tahun. Rencananya, PT Bio Farma akan membanderol vaksin ini tidak lebih dari 30 persen harga vaksin tifoid yang sudah ada.
"Tidak perlu diulang setiap dua atau tidak tahun. Cukup dua kali diberikan, ini bisa untuk kekebalan seumur hidup," terang Erman.
Baca juga: Demam Berhari-hari Disertai Rasa Lemas, Gejala Demam Tifoid atau DBD?
Selain vaksin tifoid konjugat, rencananya pada 2019 PT Bio Farma juga berencana meluncurkan vaksin Biosimiliar untuk pasien kanker payudara. Menurut Erman, saat ini Biosimiliar dibanderol Rp 25 juta per dosis. Pasien kanker payudara membutuhkan minimal lima kali terapi, atau dengan kata lain memerlukan biaya minimal Rp 125 juta.
"Untuk harga yang akan kami keluarkan sekitar 30 persennya dari harga pasaran. Yakni sekitar 7,5 juta," terangnya.
Di tempat yang sama Corporate Secretary PT Bio Farma M Rahman Rustan mengatakan, bisa dikatakan vaksin tifoid konjugat ini 70 persen menggunakan bahan lokal.
"Zat aktifnya sendiri sudah mandiri. Secara keseluruhan bisa dikatakan hampir sebagian besar produk dalam negeri. Secara kasar 70 persen sudah mandiri," tambah Rahman.
Baca juga: Vaksin Dengue Dipertimbangkan Masuk Program Imunisasi Nasional Tahun 2025 (avi/up)











































