Dalam penelitian tersebut, dikatakan bahwa rata-rata langkah penduduk Indonesia hanya 3.513 per hari. Penelitian digunakan dengan menggunakan aplikasi penghitung langkah yang ada di smartphone.
Alfred Sitorus, pendiri sekaligus ketua Koalisi Pejalan Kaki mengatakan aksi yang dilakukan Koalisi Pejalan Kaki pada Jumat lalu merupakan bentuk dari jawaban terhadap hasil penelitian tersebut. Orang Indonesia menurutnya malas jalan kaki karena kurangnya akses trotoar yang baik akibat digunakan untuk berdagang dan sering dilintasi motor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita menjawab survei itu ya. Kenapa orang Indonesia disebut malas jalan kaki? Pertama ya karena trotoar tidak berwujud. Trotoar dipakai parkir, dipakai berdagang, dibikin papan reklame di atasnya, ada galian kabel sampai digunakan berdagang kaki lima, bahkan ada yang legal dan diakomodir pemerintah provinsi," tutur Alfred saat dihubungi detikHealth, Sabtu (15/7/2017).
Alfred mengatakan jalan kaki merupakan budaya asli orang Indonesia. Dengan banyak berjalan kaki, masyarakat Indonesia terdahulu tergolong sehat dan bebas dari kegemukan hingga penyakit tidak menular.
Baca juga: Yuk Nonton! Ini Bukti Video Aksi Nyata Orang Indonesia 'Malas' Jalan Kaki
Namun budaya tersebut tergerus oleh arus industri otomotif yang kian menjamur. Dikatakan Alfred, kebijakan mobil dan motor murah, kredit tanpa agunan dan uang muka, membuat masyarakat enggan berjalan kaki.
"Jadi kita nggak usah latah, bilang survei itu nggak sampai ke desa. Di desa nggak ada angkutan umum yang memadai. Dulu orang ke mana-mana jalan tapi sekarang di desa saja anak-anak SD sudah pakai motor. Belanja ke warung 100 meter naik motor. Jadinya kita juga kurang bergerak, kesehatan menurun, ditambah lagi infrastruktur belum memadai," tambahnya lagi.
Baca juga: Hitung-hitungan Ini Buktikan Orang Jakarta 'Malas' Jalan Kaki
Hal senada juga terlihat di perkotaan meski angkutan umum sudah memadai. Dikatakan Alfred, KRL dan Transjakarta sudah cukup memabantu. Namun begitu keluar dari stasiun dan halte, orang malas jalan kaki karena akses trotoar tidak ada.
"Naik KRL atau busway kan baik, dan cukup bagus di Jakarta ini. Masalahnya setelahnya turun di stasiun dan halte, nggak bisa jalan kaki karena trotoarnya tidak bisa digunakan dengan nyaman. Pilihannya hanya ojek," paparnya.
"Karena itu filosofi yang sering Koalisi Pejalan Kaki sampaikan adalah budaya berjalan kaki di Indonesia bukannya belum tumbuh. Budaya jalan kaki sudah ada sejak dulu, tapi dihilangkan. Ya dengan trotoar yang nggak nyaman dan ke warung naik motor," tutupnya.
Baca juga: 5 Alasan 'Malas' Jalan Kaki di Jakarta
(mrs/up)











































