Studi: Cuaca Dingin Tak Ramah untuk Orang dengan Masalah Jantung

Studi: Cuaca Dingin Tak Ramah untuk Orang dengan Masalah Jantung

Erika Kurnia - detikHealth
Jumat, 29 Sep 2017 15:38 WIB
Studi: Cuaca Dingin Tak Ramah untuk Orang dengan Masalah Jantung
Orang yang alami masalah jantung sangat tidak bersahabat dengan cuaca dingin. Foto: iStock
Jakarta - Sehabis hujan, cuaca mungkin lebih menyenangkan karena terasa sejuk. Namun bagi yang bermasalah dengan jantung, kondisi ini tidak selalu menguntungkan.

Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa ini mejadi masalah tidak hanya untuk orang dengan masalah tulang dan nyeri sendi. Cuaca mendung, perubahan suhu, dan tekanan atmosfer dapat meningkatkan risiko gagal jantung di kalangan orang tua.

"Studi kami menunjukkan bahwa paparan cuaca dingin atau tekanan udara tinggi dapat memicu kejadian yang mengarah ke rawat inap atau kematian pada pasien gagal jantung," kata Pierre Gosselin, penulis utama studi dari Universitie Laval di Kanada.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dilansir dari Boldsky, Jumat (29/9/2017), faktor risiko untuk pasien jantung dinilai selama penelitian antara tahun 2001 dan 2011. Penelitian dilakukan pada 112.793 orang berusia 65 tahun ke atas yang didiagnosis gagal jantung di Kanada. Peserta diikuti selama rata-rata 635 hari.

Baca juga: Beda Sakit Jantung, Beda Juga Penanganannya

Suhu rata-rata, kelembaban relatif, tekanan atmosfir dan polutan udara di lingkungan sekitar diukur dan dipantau. Hasilnya menunjukkan risiko rawat inap atau kematian yang lebih tinggi di musim dingin (antara Oktober sampai April) dibandingkan dengan periode musim panas (Mei sampai September).

Periset memperhatikan bahwa risiko mengalami rawat inap atau kematian karena gagal jantung meningkat 0,7 persen untuk setiap satu derajat Celsius yang turun dalam suhu rata-rata tujuh hari.

Mereka juga menemukan bahwa risiko insiden gagal jantung meningkat sebesar 4,5 persen untuk setiap kenaikan satu kPa (kilopascal) dalam tekanan atmosfer, tulis penelitian yang baru-baru ini diterbitkan di jurnal Environment International tersebut.

Baca juga: Kaitan Tidur Ngorok dengan Penyakit Jantung, Ini Kata Dokter



(wdw/up)

Berita Terkait