5 Penyakit yang Ganggu Kemampuan Berbicara

5 Penyakit yang Ganggu Kemampuan Berbicara

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Rabu, 13 Des 2017 14:46 WIB
5 Penyakit yang Ganggu Kemampuan Berbicara
Dalam sidang pertama hari ini, Setya Novanto mengalami kesulitan berkomunikasi (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta - Dalam sidang pertama hari ini, Setya Novanto tampak kesulitan berkomunikasi. Beberapa kali ia tidak lancar menjawab pertanyaan hakim.

Dalam satu kesempatan, salah seorang dokter yang dihadirkan di persidangan sempat menyebut aphasia. Dikutip dari WebMD, aphasia merupakan salah satu gangguan berbahasa yang dipicu oleh kerusakan jaringan tertentu di otak. Stroke dan cedera otak bisa menjadi pemicunya.

Baca juga: Dokter RSCM: Kami Sepakat Setya Novanto Layak Hadir di Sidang

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di luar itu, ada berbagai kondisi kesehatan yang sering dikaitkan dengan gangguan berbicara. Berikut ini di antaranya, seperti dirangkum dari berbagai sumber.

1. Benturan di kepala

Foto: Thinkstock
Aphasia disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang mengatur kemampuan berbahasa. Kerusakan tersebut bisa dipicu oleh berbagai sebab, mulai dari tumor, infeksi, hingga yang paling sering yakni cedera akibat benturan di kepala. Proses penuaan juga termasuk di salah satu pemicunya.

2. Alzheimer

Foto: ilustrasi/thinkstock
Penyakit Alzheimer merupakan salah satu jenis pikun atau demensia. Nama penyakit ini diambil dari nama penemunya, yakni dr Alois Alzheimer.

Mayoritas pengidapnya berusia lebih dari 65 tahun, tetapi sangat mungkin menyerang di usia yang jauh lebih muda. Salah satu gejalanya adalah gangguan mood dan kesulitan berkomunikasi.

3. Stroke

Foto: Thinkstock
National Aphasia Association menyebut 25-40 persen pasien stroke mengalami aphasia. Stroke sendiri bisa terjadi karena dua hal. Stroke akibat pecahnya pembuluh darah di otak disebut stroke hemoragik, sedangkan stroke akibat sumbatan pada pembuluh darah di otak disebut stroke iskemik.

4. Ministroke

Foto: Thinkstock
Ministroke merupakan istilah lain untuk transient ischemic attack (TIA). Kondisi ini disebabkan oleh terhentinya aliran darah ke otak dalam waktu singkat. Berbeda dengan stroke biasa, TIA tidak menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan otak. Meski demikian, gejala yang ditimbulkan seringkali mirip, termasuk gangguan berkomunikasi.

5. Epilepsi

Foto: Getty Images
Pada anak-anak, gangguan berbahasa juga bisa berhubungan dengan serangan epilepsi. Landau Kleffner syndrome (LKS) ditandai dengan hilangnya kemampuan berkomunikasi secara mendadak, dan sebagian besar dialami anak-anak dengan epilepsi. Sekitar 80 persen anak dengan LKS mengalami lebih dari satu kali serangan epilepsi.

Baca juga: Dokter Ramai-ramai Periksa Setya Novanto di Pengadilan

Halaman 2 dari 6
Aphasia disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang mengatur kemampuan berbahasa. Kerusakan tersebut bisa dipicu oleh berbagai sebab, mulai dari tumor, infeksi, hingga yang paling sering yakni cedera akibat benturan di kepala. Proses penuaan juga termasuk di salah satu pemicunya.

Penyakit Alzheimer merupakan salah satu jenis pikun atau demensia. Nama penyakit ini diambil dari nama penemunya, yakni dr Alois Alzheimer.

Mayoritas pengidapnya berusia lebih dari 65 tahun, tetapi sangat mungkin menyerang di usia yang jauh lebih muda. Salah satu gejalanya adalah gangguan mood dan kesulitan berkomunikasi.

National Aphasia Association menyebut 25-40 persen pasien stroke mengalami aphasia. Stroke sendiri bisa terjadi karena dua hal. Stroke akibat pecahnya pembuluh darah di otak disebut stroke hemoragik, sedangkan stroke akibat sumbatan pada pembuluh darah di otak disebut stroke iskemik.

Ministroke merupakan istilah lain untuk transient ischemic attack (TIA). Kondisi ini disebabkan oleh terhentinya aliran darah ke otak dalam waktu singkat. Berbeda dengan stroke biasa, TIA tidak menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan otak. Meski demikian, gejala yang ditimbulkan seringkali mirip, termasuk gangguan berkomunikasi.

Pada anak-anak, gangguan berbahasa juga bisa berhubungan dengan serangan epilepsi. Landau Kleffner syndrome (LKS) ditandai dengan hilangnya kemampuan berkomunikasi secara mendadak, dan sebagian besar dialami anak-anak dengan epilepsi. Sekitar 80 persen anak dengan LKS mengalami lebih dari satu kali serangan epilepsi.

Baca juga: Dokter Ramai-ramai Periksa Setya Novanto di Pengadilan

(up/up)

Berita Terkait