Jakarta -
Penasaran kenapa kertas resep yang kita dapat dari dokter berisikan tulisan cakar ayam? Ada beberapa teori yang bisa menjelaskan mengapa dokter memiliki tulisan tangan yang sulit dibaca.
dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengaku tulisan tangan dokter tidak melulu jelek. Terlebih, di zaman modern saat ini penginputan resep bisa menggunakan teknologi.
"Kalau sekarang sih udah era elektronik. Hal-hal seperti itu udah jarang, medical report sudah computerized. Tapi mungkin ya kalau pasien terlalu banyak ya lebih milih tulis tangan aja," ujarnya, ketika dihubungi detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, pembahasan soal tulisan tangan dokter yang mirip cakar ayam masih ramai dibahas di media sosial. Lalu, apa saja ya penyebab tulisan tangan dokter sulit dibaca?
1. Buru-buru
Foto: Infografis
|
dr Ari menyebutkan kemungkinan besar tulisan cakar ayam tersebut ada karena masalah waktu. Sehingga, dokter menuliskan resep secara terburu-buru.
Bisa jadi bahwa dokter memiliki waktu yang sedikit, sementara pasien yang mengantri cukup banyak, sehingga menuliskan resep terburu-buru.
2. Kebiasaan
Foto: Twitter/Antangin
|
Ditambahkan dr Ari, kebiasaan mencatat secara cepat kemungkinan besar menjadi alasan tulisan dokter sulit terbaca. Yang penting, tulisan dokter di kertas resep bisa terbaca oleh apoteker.
"Saya dulu masuk FKUI tahun 1980 kuliahnya mencatat, kadang-kadang waktu terbatas, nggak ada istilahnya foto atau capture. Dosen ngomong mesti catet," tambahnya.
3. Istilah sulit
Foto: Instagram
|
dr Celine Thum, MD, direktur Medis ParaDocs Worldwide, mengatakan istilah kesehatan seperti nama obat dan jenis penyakit memiliki ejaan yang sulit. Sehingga agar lebih ringkas, dokter menulis dalam huruf sambung, bukan huruf balok.
"Bayangkan jika Anda menulis epididymitis dalam huruf balok. Tak heran, tulisan huruf sambung dokter sekilas memang terbaca seperti coret-coretan.
4. Kode khusus
Foto: Infografis
|
Terakhir, dokter dan apoteker bisa saja memiliki kode khusus untuk penyakit dan obat tertentu. Kode khusus ini biasa ditulis dalam singkatan, dan artinya sulit diketahui publik.
"Misalnya istilah QD yang saya gunakan artinya satu kali sehari, atau TID artinya tiga kali sehari. Anda juga lebih mudah menuliskan mg atau mcg untuk dosis obat, daripada milligram atau mikrogram," ungkap Ruth Brocato, MD, dari Mercy Medical Center.
dr Ari menyebutkan kemungkinan besar tulisan cakar ayam tersebut ada karena masalah waktu. Sehingga, dokter menuliskan resep secara terburu-buru.
Bisa jadi bahwa dokter memiliki waktu yang sedikit, sementara pasien yang mengantri cukup banyak, sehingga menuliskan resep terburu-buru.
Ditambahkan dr Ari, kebiasaan mencatat secara cepat kemungkinan besar menjadi alasan tulisan dokter sulit terbaca. Yang penting, tulisan dokter di kertas resep bisa terbaca oleh apoteker.
"Saya dulu masuk FKUI tahun 1980 kuliahnya mencatat, kadang-kadang waktu terbatas, nggak ada istilahnya foto atau capture. Dosen ngomong mesti catet," tambahnya.
dr Celine Thum, MD, direktur Medis ParaDocs Worldwide, mengatakan istilah kesehatan seperti nama obat dan jenis penyakit memiliki ejaan yang sulit. Sehingga agar lebih ringkas, dokter menulis dalam huruf sambung, bukan huruf balok.
"Bayangkan jika Anda menulis epididymitis dalam huruf balok. Tak heran, tulisan huruf sambung dokter sekilas memang terbaca seperti coret-coretan.
Terakhir, dokter dan apoteker bisa saja memiliki kode khusus untuk penyakit dan obat tertentu. Kode khusus ini biasa ditulis dalam singkatan, dan artinya sulit diketahui publik.
"Misalnya istilah QD yang saya gunakan artinya satu kali sehari, atau TID artinya tiga kali sehari. Anda juga lebih mudah menuliskan mg atau mcg untuk dosis obat, daripada milligram atau mikrogram," ungkap Ruth Brocato, MD, dari Mercy Medical Center.
(mrs/up)