Banyaknya kasus bercandaan yang jatuhnya menyinggung bahkan hingga berujung di meja hijau akhir-akhir ini. Lalu, bagaimana bercanda yang baik agar tidak menimbulkan dampak yang negatif?
"Bercanda yang sehat itu adalah bercanda yang tidak menghina dan mengejek, mengancam, menyakiti dan melukai, mengintimidasi, dan mengandung unsur SARA (Suku Agama Ras dan Antargolongan)," ujar Veronica Adesla, seorang psikolog dari Personal Growth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ukuran dari bercanda tersebut wajar atau tidak wajar bukan pada niat pelaku, tapi bagaimana dampak terhadap orang yang diajak bercanda atau bahkan kepada sekitar.Veronica Adesla - Psikolog |
Kasus terbaru, seorang ABG (Anak Baru Gede) di Kembangan, Jakarta Barat mengaku bercanda saat videonya viral di media. Dalam videonya, remaja berinisial RJ tersebut mengancam Joko Widodo dan menantang polisi untuk menangkapnya.
"Ukuran dari bercanda tersebut wajar atau tidak wajar bukan pada niat pelaku (orang yang bercanda), tapi bagaimana dampak terhadap orang yang diajak bercanda atau bahkan kepada sekitar," kata Veronica.
Bila dampaknya buruk atau berpotensi buruk, yaitu mengancam keselamatan dan kesehatan (fisik dan mental), kesejahteraan, kedamaian orang yang bersangkutan (yang diajak bercanda) dan atau sekitar (masyarakat dan negara), berarti ini termasuk bercanda yang sudah masuk kedalam abusive atau bully.
"Bercanda juga punya etika," tutup Veronica.











































