Bagi dr Frans Abednego Barus, SpP dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, kampanye berhenti merokok seharusnya digalakkan sejak bangku sekolah dasar (SD). Terlebih lagi, baru-baru ini heboh seorang balita usia 2 tahun di Sukabumi telah kecanduan merokok akibat efek lingkungannya yang mayoritas penghisap rokok.
"Kampanye berhenti merokok itu harusnya sejak SD. Kalau kampanye berhenti merokok untuk orang merokok nggak ada guna. Kalau kampanye itu ya harusnya pra-kejadian. Kampanye kok sesudah merokok ya nggak (efektif)," kata dr Frans kepada detikHealth, Senin (13/8/2018).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia disebut sebagai negara ketiga dengan perokok terbanyak di dunia setelah China dan India. Ditambah lagi, hingga saat Indonesia belum meratifikasi salah satu program inisiasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bernama Kerangka Kerja Pengendalian Produk Tembakau atau Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).
Tonton juga 'Viral! Merokok Bareng Bocah, Pria Ini Cuek Saat Ditegur':
(frp/fds)











































