"Saya masih diliputi rasa tidak percaya diri yang tidak pernah hilang, bahwa saya didengar orang," katanya saat berbincang dengan penulis Chimamanda Ngozi Adichie di Southbank Centre.
Apa sih imposter syndrome? Istilah ini pertama kali digunakan oleh psikolog Suzanna Imes dan Pauline Rose Clance pada tahun 1970-an.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sindrom ini juga disebut sindrom penipu. Pengidap sindrom ini terbiasa dengan perasaan menunggu orang di sekitarnya untuk 'Temukan Aku'. Mereka percaya bahwa mereka hanya pura-pura meningkatkan kepercayaan diri agar dapat terlihat oleh semua orang, serta meyakinkan diri bahwa mereka adalah penipu ulung yang kesuksesannya adalah sebuah 'aji mumpung' atau ilusi.
Menurut ahli sindrom ini, Valerie Young yang juga penulis buku 'The Secret Thoughts of Successful Women' mengatakan bahwa sindrom ini dipengaruhi beberapa faktor, seperti lingkungan dan diskriminasi yang berkembang.
"Rasa memiliki akan menumbuhkan kepercayaan diri," kata Young dikutip dari TIME.
"Semakin banyak orang yang terlihat atau terdengar seperti Anda, semakin percaya diri Anda. Dan sebaliknya, semakin sedikit orang yang terlihat atau terdengar seperti Anda, hal itu dapat dan dilakukan oleh banyak orang memengaruhi kepercayaan diri mereka," lanjutnya.











































