Berdasarkan penelitian, seseorang yang mengalami konstipasi kronis ini berisiko 1,78 kali lipat lebih besar mengalami kanker usus besar. Serta 2,78 kali lipat lebih besar terhadap terbentuknya tumor jinak pada usus besar.
Konsultan kesehatan saluran cerna RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SPPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, menyebut ada 2 hal yang perlu diamati. Yakni bentuk kotoran dan waktu BAB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"BAB yang normal itu paling lambat 2 hari sekali, kalau sudah 3 hari sekali, itu sudah tidak normal dan berisiko terjadinya kronik konstipasi," jelas dr Ari yang juga dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), saat ditemui detikHealth di kawasan Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (6/12/2018)
Menurut dr Ari kebiasaan-kebiasaan seperti ini memang banyak yang tidak disadari oleh masyarakat, karena kebanyakan hanya melihat frekuensi buang air besarnya saja tanpa memperhatikan bentuk kotoran yang dikeluarkannya.
"Hal-hal tersebut tentunya dapat kita cegah, dengan mengonsumsi banyak serat, banyak bergerak dan olahraga, serta minum air mineral secukupnya," tutup dr Ari.
Tonton juga 'Yuk Dicek! Bentuk Feses Seperti Ini Menandakan Gejala Konstipasi Kronis':
(up/up)











































