"Jangan nakut-nakuti dengan mengatakan migrain mengakibatkan stroke, tumor, atau buta. Bergantung dari pemicunya, migrain dapat diatasi dengan atau tanpa dokter. Migrain tak harus berujung dirawat di rumah sakit atau masuk Intensive Care Unit (ICU)," kata dokter yang kerap disapa dr Ryu ini dalam tweetnya.
Menurut dr Ryu, pemicu migrain berbeda pada tiap orang. Ada beberapa pemicu yang lebih dominan atau menyerang bersamaan hingga mengakibatkan migrain. Beberapa penyebab umum migrain adalah telat makan, fluktuasi hormon pada perempuan, terlalu banyak atau kurang tidur, nyeri otot leher atau punggung.
Mengatasi migrain bisa dilakukan dengan mengenali pemicu dan berusaha menghindarinya. Hal serupa bisa diterapkan pada penderita migrain berulang (habitual) dengan mengenali pemicu dan pola serangan. Beberapa solusi mengatasi migrain adalah tidak telat makan, cukup istirahat, dan memperbaiki postur tubuh untuk mencegah nyeri di leher atau punggung
Dr Ryu menjelaskan, obat yang dijual bebas untuk mengatasi migrain umumnya bersifat menghilangkan gejala (simtomatik), misal penghilang rasa nyeri (analgetik) dan antimual. Obat yang bersifat mencegah migrain (profilaksis) hanya bisa diperoleh dengan resep dokter. Obat ini bertujuan mengurangi frekuensi serangan yang biasanya harus diminum selama 3-6 bulan berturut-turut.
"Yang jelas jangan terlalu takut jika mengalami pusing sebelah. Ketakutan berlebih justru bisa menjadi pemicu serangan migrain," kata dr Ryu.