Dalam situasi tersebut, Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar ICBLC menyarankan ibu tak perlu khawatir. Ibu sebaiknya lekas mencari konselor ASI yang menurut Nia kini makin mudah ditemui di seluruh Indonesia.
"Segera cari pertolongan dan jangan menunda sebelum produksi ASI turun. Siklusnya tahu, mau, dan mampu hingga akhirnya bisa menyusui. Sekadar tahu belum menjamin ibu bisa menyusui, tapi pengetahuan menimbulkan kemauan memberikan ASI. Kemauan inilah yang akhirnya membantu ibu mampu menyusui, dengan dukungan keluarga dan konselor jika kesulitan," kata Nia pada detikHealth, Senin (18/3/2019).
Hal lain yang tak boleh dilupakan adalah persiapan diri sebelum melahirkan anak. Ibu harus memastikan layanan dan tenaga kesehatan tempatnya kontrol serta melahirkan pro ASI. Tenaga kesehatan juga cukup kompeten membantu ibu yang kesulitan menyusui. Tanpa dukungan yang tepat sering kali ASI tak bisa keluar
Nia menceritakan pengalaman pribadi saat membantu seorang ibu yang ASInya tidak keluar setelah 2 hari melahirkan. Masalah hanya terjadi saat si anak menyusu di payudara kiri. Ibu tersebut tidak mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan tempatnya melahirkan. Setelah berkonsultasi dengan Nia, si ibu melepas bedong sehingga si anak bisa menyusu dengan baik.
Pengalaman pribadi juga mengajarkan Nia pentingnya persiapan sebelum melahirkan. Nia sempat mengalami kesulitan saat melahirkan anak pertamanya pada 2005. Nia saat itu menganggap menyusui adalah proses yang natural dari ibu terhadap anak. Namun ternyata menyusui harus diupayakan sehingga ASI bisa keluar seusai kebutuhan anak.
"Pilihlah rumah sakit yang pro anak dan ibu dirawat gabung dan mendukung Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Kesulitan menyusui bisa diatasi dengan dukungan semua pihak," kata Nia.