"Risiko 120 ribu bayi kena Hepatitis B bisa ditekan, jika ibu hamil mau skrining sehingga penularan bisa dicegah. Karena itu kita sosialisasi supaya kesadaran pada ibu bisa lebih baik," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu.
Perkiraan tersebut bedasar perhitungan ada 5,3 juta ibu hamil per tahun. Sekitar 2 persen reaktif terhadap HBsAg atau positif Hepatitis B. Penularan vertikal dari ibu ke anak merupakan faktor risiko terbesar penyakit ini.
Hepatitis B kronis selanjutnya menjadi pengerasan hati atau sirosis, yang menjadi tahap awal kanker. Satu kasus pengerasan hati atau sirosis membutuhkan penanganan sekitar Rp 1 miliar. Sementara kanker hati perlu biaya kurang lebih Rp 5 miliar.
Menurut data Kemenkes, jumlah ibu hamil yang diperiksa meningkat terus tiap tahun. Pada 2018, jumlah yang diperiksa mencapai 1.643.204 atau 39,95 persen dari ibu hamil. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya, dengan 30.965 ibu positif Hepatitis B.
Jumlah ini tentunya harus meningkat demi kesehatan ibu dan anak, serta target eliminasi Hepatitis B dan C pada 2030. Untuk tahun ini, Kemenkes mentargetkan 411 kabupaten dan kota melakukan Deteksi Dini Hepatitis B dan C (DDHBC).
Deteksi dini sebetulnya tidak sulit dilakukan ibu hamil. Mereka yang berisiko atau mengalami Hepatitis B bisa datang ke fasilitas kesehatan terdekat. Setelah skrining dan konsultasi, ibu hamil akan menerima terapi Hepatitis B. Misal pemberian HB1G dalam waktu kurang dari 24 jam setelah melahirkan. Ibu juga disarankan bersalin di layanan kesehatan, supaya anaknya bisa mendapat HB0 secepatnya untuk mencegah Hepatitis B.
Simak Video "Tekan Kasus Hepatitis, Menkes Sarankan Intervensi Preventif ke Ibu Hamil"
[Gambas:Video 20detik]
(fds/fds)