"Dalam catatan kami dua tahun terakhir hoaks di Indonesia ini masih jadi kendala yang cukup besar. Setiap bulan kurang lebih 60 sampai 100 hoaks yang kami terima yang mengotori ruang publik digital kita. Yang paling masif itu masih politik dan agama. Ketiga, diikuti dengan topik kesehatan yang di dalamnya termasuk isu obat dan makanan," jelas Septiaji saat ditemui detikcom, Senin (21/10/2019).
Tahun 2018, Mafindo mencatat terdapat kurang lebih 6 persen dari total 997 isu hoaks terkait kesehatan, obat, dan makanan di Indonesia. Meskipun angka ini terkesan kecil, Septiaji mengingatkan untuk tidak menganggap remeh hoaks seputar kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Septiaji menganggap hoaks tentang kesehatan tidak kalah berbahaya dengan hoaks politik dan agama. Menurutnya, hoaks kesehatan ini dapat berdampak fatal seperti terapi kesehatan yang keliru, penggunaan obat yang keliru, dan keputusan yang keliru.
Septiaji memberi contoh hoaks terkait vaksin. Ia menduga ada korelasi antara berbagai hoaks vaksin dengan penolakan sebagian masyarakat terhadap upaya vaksinasi dari pemerintah yang pada akhirnya menjadi ancaman munculnya penyakit-penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.
"Tentu ini ironi yang besar. Dengan informasi yang keliru orang bisa mengambil keputusan yang keliru juga. Dampaknya bukan hanya ke pribadi saja tapi juga mengancam kualitas generasi yang akan datang," pungkasnya.
(up/up)











































