"Hal ini dibuktikan dengan mudahnya tersangka untuk menyewa dua orang 'eksekutor' (pembunuh) untuk melenyapkan nyawa korban di dalam rumah," kata Badaruddin sebagaimana diberitakan Antara, Senin (13/1/2020).
Menurut Badarudin, perbuatan keji dilakukan Zuraida Hanum (ZH) tidak lagi memikirkan nasib anaknya berusia tiga tahun yang masih perlu pembinaan dari kedua orang tuanya.
Umumnya beberapa wanita memang cenderung memiliki sikap 'materialistis' karena beberapa hal. Entah itu kebutuhan berbelanja, atau memenuhi gaya hidup yang terus meningkat. Namun, sebenarnya apakah sikap materialistis ini bisa termasuk gangguan mental jika dilakukan secara berlebihan?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehubungan dengan sikap materialistis tersebut, ternyata sebuah eksperimen yang dilakukan di Universitas Northwestern menunjukkan bahwa pola pikir materialistis lebih erat kaitannya dengan depresi, kecemasan, dan ketidakpercayaan.
Baru-baru ini, serangkaian percobaan di Universitas Northwestern, menjelaskan ketika seseorang terbiasa untuk membeli barang-barang mewah atau begitu konsumtif, mereka ingin selalu berada di kondisi tersebut. Jadi jika hal itu tidak bisa terpenuhi, skala kecemasan dan depresi bisa menyebabkan tingkat materialistisnya bisa lebih tinggi.
Psikolog dan penulis penelitian, Galen V Bodenhausen menjelaskan, orang yang cenderung materialistis tidak akan bisa bertanggung jawab dengan baik. Namun, salah satu solusi yang dapat dilakukan pada seseorang yang memiliki sikap materialistis ini adalah dengan menghindari hal-hal yang memicunya.
"Kita dapat mengambil inisiatif pribadi untuk mengurangi efek depresi dan mengisolasi dari pola pikir materialis dengan menghindari hal yang paling jelas, misalnya (melihat) iklan," jelasnya, dikutip dari BigThink.
(naf/up)











































