Dua proyek penelitian terpisah menunjukkan bahwa virus Corona baru telah beredar di New York lebih awal dari yang diperkirakan dan kasus-kasus pertama kemungkinan berasal dari para pelancong yang datang dari Eropa dan bagian lain Amerika Serikat, bukan Asia.
"Mayoritas (genom virus) jelas berasal dari Eropa," sebut Harm van Bakel, ahli genetika di Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai dalam penelitian yang saat ini tengah ditinjau kepada The New York Times.
Penelitian terpisah yang dilakukan oleh Grossman School of Medicine Universitas New York yang menganalisis genom virus pada pasien juga mendapati kesimpulan yang sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adriana Heguy, anggota tim peneliti dari Universitas New York mengatakan bahwa temuan ini bisa menjadi informasi kepada pemerintah Amerika Serikat agar tidak membatasi pengujian Corona hanya pada orang yang pernah bepergian ke China saja.
Ia juga menyebut beberapa strain virus di New York memiliki mutasi yang unik dan tidak ditemukan di tempat lain. "Saat itulah Anda tahu ada transmisi lokal yang terjadi dan tidak terdeteksi," sebut Heguy.
Para peneliti di Mount Sinai juga mulai mempelajari genom virus dari pasien di New York. Mereka menemukan jenis genom virus Corona pada pasien baru berbeda dengan pasien yang sembuh dan tidak saling terkait.
Ana Silvia Gonzalez-Reiche dan timnya mengatakan virus yang dimaksud hampir identik dengan yang ditemukan di seluruh Eropa meski mereka tidak dapat menentukan penerbangan dari daerah mana yang membawa virus ke New York,
"Pperiode penularan global yang tidak terlacak antara akhir Januari hingga pertengahan Februari," sebut Gonzalez-Reiche.
pakar penyakit menular Amerika Serikat Dr Anthony Fauci, mengatakan bisa saja virus Corona di New York beredar lebih awal yang diperkirakan dengan sebagian kasus berasal dari Eropa.
"Eropa menjadi pusat episentrum cukup cepat setelah China dan ledakan kasusnya benar-benar sangat masif. Kami menghentikan perjalanan dari Tiongkok relatif lebih awal dan jumlah kasus dari China relatif lebih sedikit tetapi dengan sangat cepat episentrum berpindah ke Eropa terutama Italia," pungkas Fauci.
(kna/up)











































