Johnson & Johnson menghentikan uji klinis kandidat vaksin COVID-19 buatannya karena salah seorang relawan mengalami 'unexplained illness'. Butuh waktu beberapa hari untuk melanjutkan lagi uji klinis yang dilakukan.
Selama uji klinis dihentikan sementara, badan pengawas keamanan akan mengevaluasi kondisi relawan. Temuan dari evaluasi tersebut nantinya dikirim ke US Food and Drug Administration (FDA) sebelum uji klinis bisa dilanjutkan lagi.
"Akan butuh beberapa hari minimal agar informasi yang tepat bisa dikumpulkan dan dievaluasi," kata Mathai Mammen, kepala penelitian dan pengembangan Johnson & Johnson, dikutip dari Reuters, Rabu (14/10/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mammen juga mengatakan, perusahaan tidak tahu apakah relawan yang sakit mendapatkan suntikan vaksin atau plasebo. Ini dikarenakan studi dilakukan secara blinded.
Penghentian sementara uji klinis vaksin Johnson & Johnson ini terjadi setelah sebelumnya AstraZeneca juga menghentikan uji klinis kandidat vaksin hasil kerja sama dengan University of Oxford. Uji klinis di Inggris, Brazil, Afrika Selatan, dan India, sudah dilanjutkan, sedangkan di AS masih menunggu evaluasi.
Baik vaksin Johnson & Johnson maupun AstraZeneca sama-sama menggunakan versi tidak berbahaya dari adenovirus yang dimodifikasi untuk mengirimkan instruksi genetik pada sel-sel imun tubuh. Efek yang diharapkan adalah respons imun yang mentarget virus.
(up/up)











































