Sebaran COVID-19 selama seminggu terakhir di DIY masih stabil tinggi. Bahkan, berdasarkan zonasi dari Badan Penanggung Bencana Daerah (BPBD) DIY masih banyak zonasi yang masuk kategori merah.
Pakar Epidemiologi Riris Andono Ahmad menjelaskan untuk kondisi sebaran di DIY selama seminggu terakhir sebenarnya stabil tinggi. Meski, setahun secara kasus perhari masih mengalami fluktuasi.
"Kalau dari data ya termasuk stabil tinggi," ujar Riris, saat dihubungi detikcom, Senin (10/4/2021).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengungkapkan, kondisi COVID-19 di DIY sebenarnya mengkhawatirkan. Sebab, dari data zonasi BPBD saja, masih banyak zona yang merah dan oranye.
"Hampir merata sebenarnya (di kabupaten/kota di DIY). Zona merah dan oranye harus lebih tertib menaati protokol kesehatan," jelasnya.
Berdasarkan catatan Satgas COVID-19 DIY, selama seminggu terakhir mencapai 1.546 kasus. Sedangkan kasus meninggal sejak tanggal 1 Mei 2021 sampai Minggu (09/5) mencapai 67 kasus.
Riris menegaskan untuk sebaran di DIY mayoritas karena terjadi kerumunan. Seperti tarawih di Bantul dan layatan di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta yang terbaru.
Bahkan, untuk larangan mudik lokal itu, kata Riris, di DIY sebenarnya istilah yang tidak tepat. "Dalam kawasan aglomerasi seperti DIY, setiap hari orang melakukan mobilitas antar kabupaten untuk bekerja. Berarti kalau pakai istilah mudik lokal, setiap hari mereka melakukan mudik lokal," katanya.
Yang perlu ditekankan, lanjut Riris, adalah kerumunan dan berjabat tangan. Kedua hal tersebut wajib dijaga selama masa Lebaran agar tak terjadi penularan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Pembajun Setianingastutie menjelaskan di DIY penularan COVID-19 sebenarnya belum melandai. Makanya, setiap terjadi mobilitas penduduk seperti long weekand atau liburan, pihaknya pasti sudah bersiap-siap.
"Pasti terjadi lonjakan kasus. Makanya, kami mewanti-wanti agar prokes ini dijaga betul. Jangan sampai lalai, di rumah jika dari luar kota biasakan pakai masker," sarannya.
Sebaran di keluarga, lanjut Pembajun, menjadi yang tertinggi. Setiap terjadi kasus baru dan dilakukan tracing, keluarga selalu ada yang tertular.
"Makanya kami himbau agar jangan mudik. Karena aktivitas mudik seperti berjabat tangan, berpelukan rentan terjadi penularan," katanya.
(up/up)











































