Air susu ibu (ASI) adalah sumber nutrisi yang paling baik bagi bayi. Namun di tengah pandemi, menyusui punya tantangan tersendiri terlebih pada ibu yang positif COVID-19.
Ibu menyusui mungkin mengkhawatirkan adanya penularan pada bayi jika tetap menyusui. Mengingat, bayi belum memiliki imunitas sempurna yang dapat menjaganya dari infeksi virus Corona.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Satgas ASI Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) Wiyarni Pambudi menyebut ibu menyusui yang terkonfirmasi positif COVID-19 tetap bisa dan harus memberikan ASI ekslusif.
Berdasarkan penelitian, ASI pada ibu positif COVID-19 memiliki kandungan antibodi yang tinggi dan mampu bertahan selama 7-10 bulan pasca infeksi.
"Ternyata di dalam ASI nya, mengalir antibodi Imunoglobulin A dan G, mengalir pula Lactalbumin, Lactoferin dll yang secara spesifik merupakan benteng perlawanan terhadap SARS-CoV-2," kata Wiryani.
Antibodi serupa juga ditemukan pada ibu menyusui yang mendapatkan vaksinasi. Kadar antibodi dalam ASI meningkat dalam waktu 14 hari pasca vaksinasi.
"Meningkat pesat dalam waktu 14 hari pasca vaksinasi dosis pertama, semakin kuat setelah minggu ke-4 dan terukur lebih tinggi pada minggu ke-5 dan ke-6," tambahnya.
Oleh karenanya, ia mengimbau agar para ibu tidak berhenti menyusui meski kontak erat atau positif COVID-19. Jika kondisi tidak memungkinkan untuk menyusui secara langsung, ibu dapat memerah ASI.
Simak Video "Video: Saran Pakar soal Pemberian Susu Formula untuk Bayi Korban Bencana"
(ayd/kna)