Sebuah studi baru dari jurnal Nature mengungkap orang dengan varian Delta dapat menularkan virus 2 hari sebelum mengalami gejala apa pun. Hal ini diduga menjadi penyebab lonjakan kasus COVID-19 di beberapa wilayah global.
Dikutip dari laman Healthline, dalam penelitian tersebut, viral load yang tinggi pada orang yang terinfeksi varian Delta inilah yang menyebabkan penyebaran virus lebih cepat. Viral load adalah jumlah partikel virus dalam darah orang yang terinfeksi yang menentukan tingkat keparahan penyakit dan seberapa menular virus itu.
Studi menunjukkan bahwa varian Delta mereplikasi dan mengalikan diri pada tingkat yang jauh lebih cepat daripada strain aslinya. Ini juga dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi parah, yang menyebabkan gejala dan komplikasi yang lebih serius.
Sebelumnya, ditemukan bahwa orang yang terinfeksi virus asli menunjukkan gejala dan hampir secara bersamaan menyebarkan virus. Penelitian mengklaim bahwa jarak antara menerima tes positif dengan merasakan gejala hanya 0,8 hari. Namun, dengan varian Delta, jaraknya 1,8 hari.
Ini menunjukkan bahwa varian Delta sangat menular dan membawa viral load 1.260 kali lebih tinggi daripada yang terlihat pada orang yang terinfeksi dengan jenis asli COVID-19.
Karena peningkatan transmisibilitas ini, Delta telah menjadi varian dominan di seluruh dunia. Varian ini juga sudah terdeteksi dan menjadi dominan di Indonesia.
Gejala varian Delta
Sesuai data yang disediakan di aplikasi gejala ZOE oleh peneliti di Inggris, ditemukan bahwa demam, batuk, sakit kepala, dan sakit tenggorokan tetap menjadi gejala COVID yang paling umum. Pilek hampir tidak dilaporkan dalam data sebelumnya.
Selain itu, hilangnya indra penciuman yang semula cukup umum, kini menjadi ada di urutan kesembilan.
Selain itu, evolusi virus juga mungkin menjadi alasan di balik perubahan gejala. Mengingat karakteristik yang berbeda dari varian Delta, gejalanya juga cenderung berubah. Namun, belum ada bukti kuat yang menunjukkan hal tersebut.
Simak Video "Video: Waduh! Varian Covid-19 'Stratus' Mendominasi RI, Apakah Berbahaya?"
(kna/up)