Gejala COVID-19 Omicron yang relatif ringan dibanding varian sebelumnya tidak membuat virus ini bisa disepelekan. Dengan kecepatan penularan yang jauh lebih cepat, dampak varian Omicron terhadap angka kesakitan bahkan bisa melebihi saat gelombang varian Delta tahun lalu.
Setidaknya hal ini yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Profesor Tjandra Yoga Aditama, mengutip data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), mengatakan saat ini rata-rata kasus harian COVID-19 di AS mencapai 799.000 orang. Padahal tahun sebelumnya saat varian Delta masih mendominasi puncak rata-rata kasus harian tertinggi ada di 164.000 orang.
Secara persentase pasien COVID-19 yang dirawat karena varian Delta memang lebih tinggi dibanding Omicron. Namun, secara jumlah keseluruhan nyatanya lebih banyak pasien Omicron yang kini membutuhkan perawatan dibanding saat varian Delta bersirkulasi.
"Kenyatannya dampak ke pelayanan kesehatan di Amerika ternyata lebih besar ketika Omicron daripada ketika varian Delta melanda, bukan karena tingkat beratnya pernyakit tetapi karena jumlah total kasus jauh lebih tinggi," kata Prof Tjandra dalam pesan yang diterima detikcom pada Rabu (2/2/2022).
"Angka rata-rata harian masuk rumah sakit di Amerika Serikat karena varian Omicron adalah 22.000. Ini 1,8 kali lebih tinggi daripada angka rata-rata harian masuk rumah sakit karena varian Delta, yaitu 12.000," lanjutnya.
Prof Tjandra berharap kejadian serupa tidak terjadi di Indonesia. Ia berpesan agar pemerintah mulai menyiapkan layanan kesehatan, obat, dan fasilitas agar pengalaman tragis saat Indonesia menghadapi puncak gelombang Delta tidak terulang.
"Beban rumah sakit di Amerika Serikat ini tentu amat perlu kita antisipasi di negara kita, khususnya melihat pengalaman yang cukup tragis pada sekitar Juni dan Juli tahun yang lalu," pungkasnya.
Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
(fds/up)