Berbeda dari sebagian negara yang mulai transisi menuju endemi COVID-19, Kemenkes tegas RI masih dalam pandemi. Ini alasan pemerintah tak mau buru-buru.
Berbeda dengan sejumlah negara tetangga yang tengah menyambut fase transisi pandemi COVID-19 menjadi endemi, Kementerian Kesehatan menegaskan COVID-19 di RI masih masih dalam status pandemi. Namun, memang RI tengah bersiap menuju fase transisi. Seperti apa persiapannya?
"Indonesia masih dalam kondisi pandemi COVID-19, tapi dengan banyaknya tren indikator pengendalian pandemi yang terus menunjukkan hal positif, kita sudah mulai bersiap-siap kemudian membuat langkah-langkah untuk menuju ke arah endemi," ujar juru bicara vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, dalam konferensi pers virtual terkait perkembangan COVID-19 RI, Selasa (15/3/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Nadia menjelaskan terdapat dua tahap transisi pandemi COVID-19 menjadi endemi. Di antaranya yakni pengendalian pandemi mencakup laju penularan yang harus berada di angka kurang dari 1, positivity rate harus berada di bawah 5 persen, serta angka case fatality rate harus berada di bawah 3 persen.
"Kita tahu di saat ini masih cukup tinggi angka kasus harian konfirmasinya. Kemarin dilaporkan 9 ribu (kasus baru), kematian masih 200 dengan keterisian perawatan rumah sakit yang juga masih sekitar 20 persen," beber dr Nadia.
"Intinya kita melihat bahwa beberapa indikator termasuk reproduction number masih di atas 1, menunjukkan laju penularan masih terjadi dan pandemi belum terkendali. Jadi ini transisi adalah suatu masa di mana periode kita dari pandemi menuju arah endemi," imbuhnya.
Terakhir dr Nadia menyebut, pemerintah RI tidak terburu-buru mengubah status pandemi COVID-19 menjadi endemi. Yang paling penting, pada fase endemi kelak meski kasus COVID-19 tetap ada, tidak akan mengganggu keberlangsungan aktivitas masyarakat.
"Kita tahu endemi itu artinya bukan berarti kasus COVID tidak ada sama sekali, tapi tetap kasus itu akan ada karena kita tahu untuk menghilangkan suatu penyakit butuh waktu lebih panjang, bahkan ratusan tahun. Tentu kita harus hidup berdampingan dengan COVID-19," pungkasnya.
(vyp/fds)











































