Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan kasus kedua kematian pasien Ebola di barat laut Republik Demokratik Kongo. Pihak WHO membuat pembaruan kabar beberapa hari setelah penyakit mematikan tersebut kembali muncul.
Pada Minggu, WHO mengkonfirmasi kasus kematian pertama dialami seorang pria berusia 31 tahun setelah dirawat di rumah sakit pada 5 April. Sebanyak lebih dari 70 kontak pasien tersebut sudah dilacak.
"Pasien yang meninggal dimakamkan dengan aman dan bermartabat, melibatkan modifikasi upacara pemakaman tradisional dengan cara meminimalkan risiko cairan menular menginfeksi peserta," ujar direktur regional WHO untuk Afrika, dr Matshidiso Moeti, dikutip dari Express, Selasa (26/4/20022).
"Siapa pun yang kontak dengan pasien juga akan diidentifikasi dan akan dipantau kesehatannya. Fasilitas kesehatan tempat pasien menerima perawatan telah didekontaminasi," imbuhnya.
Mengingat, pada wabah Ebola di masa lalu, tingkat kematian bervariasi dari 25 persen hingga 90 persen. Angka itu menjadikan ebola salah satu penyakit paling mematikan.
Ebola menular lewat kontak dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi atau bahan yang terkontaminasi. Gejalanya berupa nyeri otot dan demam, kerap kali mirip dengan gejala yang muncul pada penyakit umum lainnya seperti malaria.
Hingga kini, WHO belum merilis rincian kasus kematian kedua akibat ebola. Namun ditegaskan, vaksinasi akan digencarkan kembali. "Semua yang divaksinasi selama wabah 2020 akan divaksinasi ulang," pungkas dr Moeti.
Simak Video "Uganda Umumkan Wabah Ebola, Ditemukan Strain Sudan yang Langka"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/naf)