Kanada Bebaskan Pasien OTG COVID-19 Berkeliaran, Pakar Beberkan Risikonya

Kanada Bebaskan Pasien OTG COVID-19 Berkeliaran, Pakar Beberkan Risikonya

Mochammad Fajar Nur - detikHealth
Kamis, 01 Sep 2022 22:02 WIB
Kanada Bebaskan Pasien OTG COVID-19 Berkeliaran, Pakar Beberkan Risikonya
Virus Corona COVID-19 (Foto: Getty Images/iStockphoto/oonal)
Jakarta -

Pemerintah Ontario, Kanada, resmi mengizinkan mereka yang positif COVID-19 tanpa gejala dan melakukan kontak erat, dapat melakukan aktivitas sehari-hari, seperti pergi bekerja atau sekolah. Namun, mereka harus mengenakan masker selama 10 hari.

Begitu juga mereka yang terinfeksi COVID-19 dan bergejala diperbolehkan keluar dari isolasi menggunakan masker setelah 24 jam gejala COVID-19 hilang.

Menurut epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, kebijakan semacam ini menimbulkan risiko. Memang setiap kebijakan pengendalian COVID-19 setiap negara berbeda-beda, namun, menurutnya pelonggaran perlu diperhatikan risikonya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi apa yang kita lihat di Ontario ya, Kanada ini, kebijakan orang yang Covid positif tapi tak bergejala atau asimtomatik untuk bisa pergi tapi memakai masker ini tentu berisiko," ucap Dicky dalam keterangan yang diterima detikcom, Rabu (1/9/2022).

Menurutnya, meskipun memakai masker, pasien tanpa gejala masih berpotensi besar menginfeksi orang lain.

ADVERTISEMENT

"Apa bahayanya tidak bergejala ini berkeliaran? Sekali lagi masker ini tidak sepenuhnya mencegah, ada kelemahan, ada hole-hole di sela-sela, kecuali masker N95 yang ketat banget dan dia perginya di luar ruangan yang tidak banyak orang," jelas Dicky.

"Tapi kalau ke mal di dalam ruangan, maskernya juga bukan N95, padat lagi, ventilasi tidak terlalu baik, itu berisiko. Ingat 60 persen setidaknya penularan dari Covid karena didominasi oleh kasus asimtomatik atau tidak bergejala," sambungnya.

NEXT: Wanti-wanti pakar

Dicky mewanti-wanti, pasien tanpa gejala yang justru menginfeksi orang lain ini juga salah satu faktor munculnya mutasi virus COVID-19. Hal ini membuat wabah COVID-19 ini menjadi semakin lama.

"Itu yang membuat Covid ini kasusnya lama, karena banyak orang tidak bergejala dan berkeliaran inilah yang membuat terus bersirkulasi terinfeksi, yang akhirnya menghasilkan mutasi, subvarian baru itu makin pintar," bebernya.

Terakhir, ia mengingatkan agar Indonesia tidak mudah tergoda dengan kebijakan-kebijakan pelonggaran di banyak negara. Kondisi di Indonesia khususnya masih berisiko untuk melakukan pelonggaran semacam Kanada.

"Orang harus disiplin aja bahwa saat dia positif (namun tanpa gejala) dia harus di rumah 3 hari minimal saat positif itu, dan membatasi interaksi. Jadi saya belum bisa menyarankan ini di Indonesia," ujarnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Sembuh dari Covid Bukan Berarti Aman"
[Gambas:Video 20detik]
(mfn/up)

Berita Terkait