Menyusul dugaan tersebut muncul juga narasi bahwa gagal ginjal akut pada anak disebabkan oleh air susu ibu (ASI) dari ibu yang telah disuntik vaksin COVID-19. Spesialis penyakit dalam dan vaksinolog, dr Dirga Sakti Rambe, MSc, SpPD meluruskan, narasi tersebut sama sekali tidak benar.
"Tidak benar. Ibu menyusui yang divaksinasi itu kan banyak banget. Tapi kasus gagal ginjal ini kan cuman terjadi di Indonesia dan di Gambia sekarang. Jadi kalau karena ASI, seharusnya terjadi di banyak negara. Nggak masuk akal, nggak benar itu," ujarnya saat ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Rabu (2/11/2022).
Tidak Ada Kaitan Kasus Gagal Ginjal dengan Vaksin COVID-19
Dalam kesempatan tersebut juga, dr Dirga menegaskan telah dilakukan pemeriksaan perihal riwayat obat dan vaksin yang sempat digunakan anak-anak pasien gangguan ginjal akut.
Kemudian pada jenis-jenis vaksin yang sempat digunakan, tidak ditemukan cemaran etilen glikol dan dietilen glikol sebagaimana diduga sebagai biang kerok gagal ginjal akut.
"Kita lihat dari usianya. Kalau ngomongin vaksinasi COVID-19, di Indonesia kan anak dari umur 6 tahun ke atas. Akhirnya semua anak di Indonesia berusia 6 tahun ke bawah belum divaksinasi sama sekali. Tapi justru kasus gagal ginjal itu semuanya anak kecil. Kita bisa langsung menyimpulkan ini pasti bukan karena vaksinasi COVID-19," imbuh dr Dirga.
"Kita sudah melakukan pengecekan pada beberapa jenis vaksin, tidak ada yang dicemari etilen glikol dan dietilen glikol. Saya tegaskan di masa sekarang, itu yang disuruh hati-hati obat sirup. Jadi vaksin apa pun tetap lanjut seperti biasa. Nggak ada yang nyuruh penundaan vaksinasi," pungkasnya.
Simak Video "Video: BPOM Minta Tambahan Anggaran Rp 2,6 T, Tak Mau Kasus Gagal Ginjal Akut Terulang"
(vyp/up)