Ditemui dalam kesempatan terpisah, psikolog klinis dari Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia Annelia Sari Sani memberikan penjelasan senada terkait apa itu trauma. Sejalan dengan keyakinan Desa, Anne menjelaskan trauma yang tidak dipulihkan bisa berdampak pada kondisi fisik (biologis), psikologis, hingga hubungan dengan lingkungan sosial (psikososial).
"Trauma itu semua luka yang timbul dalam diri kita baik luka fisik maupun luka batin. Trauma itu tidak selalu harus terjadi karena kejadian katastropik. Terus-terusan diledekin gendut dari kecil sampai dewasa itu juga luka, itu akan menjadi trauma. Terus-terusan dikatakan tidak mampu dan tidak pintar dari kecil hingga dewasa, itu juga akan menimbulkan trauma," jelasnya saat ditemui detikcom di Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
"Jadi kita harus menerima, mengakui bahwa trauma itu sifatnya sangat personal. Suatu kejadian yang membuat orang lain tidak traumatis tapi buat orang berbeda itu bisa traumatis sekali. Jadi memvalidasi bahwa trauma sangat mungkin terjadi," imbuhnya.
Anne meyakini, penanganan trauma baik dari ranah psikologis, medis, hingga budaya layaknya prosesi melukat bisa berkontribusi memulihkan seseorang dari luka trauma. Apalagi mengingat, jumlah tenaga kesehatan untuk penanganan kondisi mental di Indonesia sangat terbatas. Anne menyinggung, jumlahnya tak mencapai 1 persen dari populasi Indonesia. Dengan begitu, pemulihan trauma dengan pendekatan apa pun akan amat membantu.
Terlebih Anne menegaskan, trauma yang tidak kunjung sembuh akan membatasi kemampuan seseorang. Maka dari itu, upaya pemulihan diri dari luka trauma sebenarnya sangat penting.
"Trauma itu sifatnya disabling, menyebabkan kita yang tadinya able (mampu) menjadi tidak berdaya. Makanya trauma itu harus amat sangat disadari, awareness tentang trauma itu harus sangat ditanamkan, sehingga kita bisa mengurangi pain and suffering-nya, mencari cara untuk tetap kembali bisa resilient, membal balik menjadi tangguh. Karena betapa sebenarnya dampak trauma, masalah kesehatan mental ini kemana-mana," jelas Anne.
Trauma yang tidak pulih juga membuat seseorang lebih rentan terhadap hal-hal di sekitarnya. Meski suatu pembicaraan atau tindakan seseorang sebenarnya bersifat sepele, jika hal itu berkenaan dengan kejadian yang membuat trauma di masa lalu, seseorang dengan trauma akan merasa sakit layaknya ada luka lama dibuka kembali.
"Ibaratnya kalau seseorang nggak trauma fisik misalnya luka, kalau kita nggak ada luka, kecolek aman-aman saja kan. Tapi kalau di situ ada luka dan kecolek, sakitnya setengah mati," beber Anne lebih lanjut.
"Sama, trauma psikologis juga seperti itu. Kalau kita tidak mengalami trauma psikologis, ada colekan masalah psikososial mungkin buat kita aman saja. Tapi karena kita punya luka, punya trauma yang tidak sembuh, colekan yang 'begitu doang' buat orang-orang tersebut bisa mengorek, menyebabkan luka yang mulai sembuh atau ada korengnya menjadi kebuka lagi. Jadi luka besar menganga," pungkasnya.
Simak Video "Anita Tanjung Beri Trauma Healing Anak-anak Korban Gempa Cianjur"
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)