Stok Ibuprofen di China Mendadak Langka Buntut COVID-19 Melonjak

Stok Ibuprofen di China Mendadak Langka Buntut COVID-19 Melonjak

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Senin, 19 Des 2022 12:30 WIB
Stok Ibuprofen di China Mendadak Langka Buntut COVID-19 Melonjak
Stok obat, termasuk ibuprofen, mendadak langka di China imbas ledakan kasus COVID-19. (Foto: AFP via Getty Images/YUXUAN ZHANG)
Jakarta -

Kasus COVID-19 di China kembali melonjak usai kebijakan zero-COVID dicabut. Kondisi membuat warga di sana cemas dan menimbun obat-obatan di rumah, hingga sejumlah obat mulai mengalami kelangkaan.

Hal ini yang dialami pasangan suami istri di China, Zong Xiaoyan (67) dan Fan Weiguo (72). Keduanya sakit namun tidak bisa mendapatkan obat untuk mengatasi keluhan mereka.

"Demam dan setiap bagian tubuh saya sangat sakit," kata Zong Xiaoyan, pensiunan pekerja pabrik berusia di China timur, dikutip dari CNA, Senin (19/12/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara suaminya, Fan, tidak demam. Tetapi, ia mengalami batuk yang tidak berhenti dan memiliki riwayat asma. Namun, Fan tidak bisa mendapatkan obat untuk mengobati penyakitnya.

"Saya sangat khawatir karena saya menderita asma yang serius sepanjang hidup saya," kata Fan, yang sadar bahwa kondisi kronis dapat memperburuk dampak COVID-19.

ADVERTISEMENT

"Tidak ada ibuprofen, tidak ada aspirin, tidak ada vitamin C, sama sekali tidak ada. Mereka bahkan tidak memiliki tablet hisap semangka (untuk melegakan tenggorokan). Semuanya terjual habis," jelasnya.

Hingga kini, keduanya mengaku belum mendapatkan paket obat gratis dari pemerintah. Berdasarkan pemberitahuan pemerintah Kota Changzhou, paket tersebut berisi obat demam dan pilek, tablet vitamin C, dan alat tes antigen.

Meski begitu, mereka masih menunggu datangnya paket obat tersebut. Mereka termasuk dari banyak warga China yang berjuang merawat diri di rumah di tengah lonjakan kasus COVID-19.

Kelangkaan Ibuprofen

Dampak COVID-19 membuat pabrik farmasi harus memproduksi obat, terutama ibuprofen, lebih banyak. Mereka mengerahkan pekerjanya untuk memproduksi obat 24 jam.

"Pabrik kami telah mengerahkan semua tenaga kerja yang mungkin untuk memulai produksi 24 jam," kata seorang karyawan pabrik.

Saat para pekerja pulih dan kembali bekerja, segala sesuatunya diharapkan segera membaik," sambung dia.

Selain itu, dampak dari lonjakan kasus ini juga sangat berpengaruh pada kapasitas rumah sakit yang penuh. Hal ini membuat para tenaga medis menyarankan agar warga yang mengalami gejala COVID-19 ringan untuk diisolasi di rumah.




(sao/kna)

Berita Terkait