Belakangan ramai 'ribut-ribut' dokter internship terkait gaji yang sempat ditetapkan Rp 1 juta, untuk mereka yang berpraktik di perkotaan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin langsung merevisi besaran biaya hidup (BBH) dokter internship di ibukota atau kota setiap provinsi dari Rp 1 juta menjadi berkisar Rp 3,2 juta.
Selain beban biaya hidup, rupanya banyak keluhan yang dialami dokter internship, utamanya di wilayah pedesaan hingga terpencil. Diceritakan dr Archie Armand Chief Nasional Angkatan 3 alumni Universitas Airlangga, banyak rekan sejawat yang dibebani jam kerja berlebih.
"Masalah tuntutan dan tanggung jawab dokter internship ini yang saya mungkin kasih gambaran ya, mungkin di salah satu wahana provinsi saya di Jawa Timur itu contohnya adalah masalah jam kerja, paling sering diselewengkan oleh pembimbing atau wahana dengan alasan takut-takutan kalau misalnya tidak dipenuhi yasudah tidak diluluskan," cerita dia dalam Forum Komunikasi Ikatan Dokter Indonesia yang disiarkan @IDIWilRiau, Minggu (12/12/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak dari mereka yang mengalami kejadian tersebut tidak berani melapor, beberapa di antaranya juga kebingungan meneruskan laporan kepada siapa terkait penyelewengan saat praktik sebagai dokter internship. Dalam seminggu, beban jam kerja bisa lebih dari 48 jam.
Tugas tambahan juga sering diterima para dokter internship, contohnya ikut memeriksa calon-calon perwira jika bertugas di wahana RS TNI. Sementara fokus para dokter internship menurutnya harus di IGD dan poli.
"Nah ini yang kalau ditambah dengan kegiatan itu, ditambah ini, kewajiban kita berpraktek sebagai dokter juga di wahana puskesmas, ini menambah jam kerja kami dalam seminggu,'' sebut dia," ceritanya.
Walhasil, beban yang dikeluarkan tidak sebanding dengan BBH atau 'gaji' yang diterima. Insentif disebut dr Archie masih jauh dari kata ideal, terlebih jika dibandingkan dengan negara lain.
"Saya survei di beberapa negara lain yang juga melaksanakan internship seperti India, Malaysia, di Malaysia itu gajinya bahkan sampai 4 ribu ringgit malaysia, dengan ya tuntutan kerja hampir sama, kalau mungkin di kita Rp 12-14 juta itu full dibayar oleh RS pemerintah, mereka juga sistemnya sama memilih RS seperti kita dulu, bukan yang 2023," sambungnya.
Terkait besaran insentif di luar Jawa Bali, untuk program dokter internship disebut Archie sudah jauh lebih 'matang' dibandingkan tahun lalu. Perbedaannya hanya berkisar Rp 500 ribu dengan provinsi Jawa Bali, yaitu Rp 3,6 juta.
"Saya waktu itu bicara dengan pak Menkes, sangat gak make sense pak di Papua dan di Jawa Bali cuma beda 500 ribu, kemudian apa menariknya saya pergi ke sana, kan nggak masuk akal kan, orang mending lebih milih di dekat rumah saja, gaji pasti, sama, risiko juga lebih kecil, menjadi perhatian waktu itu pusatnya dari pak Menkes," pungkas dia.
(naf/vyp)











































